9.13.2010

Kinerja morphologi dan anatomi (morphoanatomic) pada pemeliharaan larva ikan laut.

Estimasi kinerja dalam pemeliharaan larva ikan laut bisa dilihat dari kriteria morphoanatomic yang mengacu pada kesesuaian pengembangan dan / atau kronologi perkembangan organ tertentu. Penilaian kriteria morphoanatomic larva ikan tersebut akan tergantung pada keberadaan standar penilaian yang secara akurat:
• menggambarkan aspek normal atau tidak normal dari organ-organ tertentu pada ikan,
• memperbaiki periode observasi yang dapat atau harus dilakukan,
• menunjukkan bagaimana hal itu harus dilakukan.

Pilihan terhadap suatu kriteria akan tergantung pada pentingnya konsekuensi kriteria tersebut pada kinerja pemeliharaan larva(frekuensi penampilan, efek terhadap pertumbuhan, ketahanan hidup, dll). Pada larva ikan laut jenis seabass atau grouper seperti kerapu, kualitas morphoanatomic terutama mengacu pada anomali yang mempengaruhi kandung kemih, gelembung renang (swim bladder), dan tulang ikan.

Dalam pemeliharaan larva ikan laut terkadang memang terjadi atau dijumpai beberapa kelainan pada larva ikan yang dipelihara. Kelainan pada larva tersebut dapat terjadi pada bentuk atau morfologi larva akan tetapi sering juga terjadi bagian dalam organ tubuh larva (kelainan anatomi). Kinerja atau performa dari morphologi dan anatomi larva tersebut yang disebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan atau pengambilan keputusan dalam pemeliharaan larva. Misalnya saja jika pada fase awal larva ditemukan banyak larva yang bengkok atau badannya memutar maka bisa diambil keputusan untuk tidak melanjutkan kegiatan pemeliharaan larva karena larva bengkok biasanya akan mati dalam waktu singkat.

Pengamatan pada keadaan morphologi dan anatomi larva ini (bisa disebut sebagai kriteria morphologi dan anatomi /morphoanatomic). sebagian bisa dilakukan secara visual akan tetapi sebagian lagi mesti dilakukan dengan bantuan mikroskop ataupun radiasi sinar x. Pengamatan performa morphoanatomic larva menjadi penting untuk dilakukan pada kasus kasus dimana banyak kelainan yang dijumpai pada benih yang dihasilkan.

Beberapa kelainan pada benih mungkin tidak berakibat fatal seperti misalnya bengkok pada tulang belakang. Akan tetapi benih yang dihasilkan menjadi tidak layak untuk dibesarkan karena pada akhirnya akan menghasilkan ikan yang cacat atau bengkok yang akan sulit dipasarkan. Jika sudah demikian maka otomatis kerugian waktu dan biaya pemeliharaan akan semakin besar. Semakin dini kelainan tersebut bisa dideteksi maka penghentian proses budidaya bisa dilakukan secepatnya sehingga kerugian yang timbul pun akan lebih sedikit. Di sinilah pengamatan kriteria morphoanatomic larva menjadi penting untuk dilakukan. 

Lihat juga tulisan lainnya di peta situs/daftar isi blog perikanan budidaya

Sumber: www.fao.org

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya. Jangan lupa untuk memberi komentar, kritik atau saran pada form komentar yang disediakan.