Tentang Ikan, Cara Budidaya Ikan, dan segala hal yang berhubungan dengan Perikanan dan Budidaya Perairan (Akuakultur)
9.15.2010
Beberapa kelainan yang dijumpai pada pemeliharaan larva.
Cacat atau kelainan pada ikan hasil budidaya tentunya merupakan suatu hal yang mesti dihindari pembudidaya. Ikan yang memiliki kelainan atau cacat meskipun tidak mengalami kematian akan tetapi akan mengalami kesulitan dalam pemasaran karena sangat jarang ada pembeli yang mau membelinya.
Ada beberapa cacat atau kelainan yang dijumpai pada pemeliharaan larva ikan laut, terutama seabass dan sea bream, yang berkaitan erat dengan kinerja morphoanatomic dalam pemeliharaan larva, diantaranya adalah:
Ada beberapa cacat atau kelainan yang dijumpai pada pemeliharaan larva ikan laut, terutama seabass dan sea bream, yang berkaitan erat dengan kinerja morphoanatomic dalam pemeliharaan larva, diantaranya adalah:
- adanya batu pada saluran kemih (urinary calculosis)
- Gelembung renang (Swim bladder)yang tidak berkembang
- Cacat / kelainan pada tulang belakang,
- Cacat pada larva yang baru menetas,
- Cacat/kelainan pada bentuk rahang dan operculum insang
Cacat pada tulang ikan yang paling umum mempengaruhi larva ikan seabass dan seabream, pada ikan stadia juvenil(yuwana) dan ikan dewasa biasanya terlihat pada rahang, insang, kepala dan tulang punggung.
Cacat pada larva yang baru menetas
Sejumlah kelainan dapat pada larva ikan yang baru menetas, yang paling sering terlihat adalah tubuh larva yang terbentuk memutar. Larva ikan yang mengalami hal ini tidak akan bertahan lebih dari beberapa jam, atau paling bagus akan mati dalam beberapa hari. Kelainan ini dapat terjadi pada beberapa persen hingga keseluruhan populasi. Jika persentase cacat terjadi di atas 10% mungkin lebih baik membuang larva dan memulai dengan pemeliharaan larva yang baru.
Asal-usul genetik dari anomali tersebut tidak dapat dibuktikan, sekalipun dalam budidaya ikan dapat dilakukan perkawinan silang. Sebagian ahli percaya bahwa kemungkinan penyebabnya adalah kondisi pemeliharaan yang kurang baik, khususnya dalam kaitannya dengan:
• kekurangan gizi di induk selama ovogenesis (yang paling mungkin);
• pencahayaan yang tidak memadai selama inkubasi;
• kepadatan telur berlebihan (yang mengarah ke stres mekanik dan pasokan oksigen yang terbatas);
• penanganan, salinitas atau guncangan termal;
• polutan di lingkungan pemeliharaan;
• campuran dari penyebab yang disebutkan di atas.
Kelainan bentuk rahang dan opercula
Cacat dapat mempengaruhi baik rahang atas dan / atau mandibula, yang dapat berupa tidak lengkap atau menonjol.Sebuah operkulum atau keduanya dapat tidak muncul atau tidak lengkap, atau bahkan bengkok ke luar . Untuk ukuran larva 15-20 mm harus digunakan mikroskop untuk mendeteksinya. Untuk ukuran yang lebih besar dapat diamati secara visual. Rahang yang terdeformasi dapat diamati pada larva sejak menetas, sedangkan operkulum cacat tidak dapat dideteksi sebelum larva mencapai panjang 12 mm.
Lihat tulisan menarik lainnya di daftar isi/peta situs blog perikanan budidaya
Sumber:
FAO,Morphoanatomic and morphometric standards, www.fao.org.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya. Jangan lupa untuk memberi komentar, kritik atau saran pada form komentar yang disediakan.