tag:blogger.com,1999:blog-51881516632871077342024-03-13T12:12:56.009-07:00Peribudi: Perikanan BudidayaTentang Ikan, Cara Budidaya Ikan, dan segala hal yang berhubungan dengan Perikanan dan Budidaya Perairan (Akuakultur)KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-55841952784959638332017-03-12T07:12:00.000-07:002017-03-12T07:12:00.049-07:00Produksi Dalam Budidaya Perikanan/Akuakultur<div style="text-align: justify;">
Apakah yang dihasilkan dalam akuakutur? Dalam akuakultur atau budidaya perikanan tentunya yang dihasilkan adalah ikan yang biasa kita gunakan sebagai lauk atau bahan makanan yang merupakan sumber protein bagi tubuh. Akan tetapi sebenarnyadalam budidaya perikanan Atau akuakultur produk yang dihasilkan tidaklah semata - mata ikan yang digunakan sebagai bahan makanan. Lalu apa saja yang dihasilkan dalam akuakultur? Terdapat beragam produksi yang bias dilakukan dalam budidaya perikanan atau akuakultur yaitu:</div>
<ol>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi makanan. Yang pertama ini tentu sudah kamu ketahui. Ya, dalam akuakultur memang dihasilkan ikan yang digunakan sebagai bahan makanan. Ikan merupakan sumber protein hewani yang dikonsumsi manusia selain produk peternakan seperti daging atau telur. Konsumsi protein hewani dari ikan di tiap negara tidaklah sama. Hal ini tergantung dari kebiasaan konsumsi masyarakat di masing masing negara. Di Jepang misalnya nilai konsumsi ikan per kapitanya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi ikan per kapita di Indonesia.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi stok ikan di alam. Produksi stok ikan di alam adalah produksi ikan yang digunakan sebagai perbaikan stok ikan di alam. Stok ikan di alam selama ini memiliki kecenderungan untuk selalu berkurang. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya penangkapan dan juga kematian ikan di alam yang tidak sebanding dengan laju reproduksi ikan atau perkembangbiakan ikan di alam. Peningkatan penangkapan ikan di alam didorong oleh semakin tingginya permintaan karena pertambahan penduduk yang cukup pesat. Di samping itu tingkat kematian ikan juga semakin meningkat seiring dengan memburuknya kualitas lingkungan di perairan, baik itu perairan tawar seperti sungai dan danau maupun di perairan laut terbuka. Selain karena memburuknya kualitas lingkungan perairan yang disebabkan karena banyaknya limbah penurunan populasi ikan di perairan juga karena praktik penangkapan ikan yang merusak habitat ikan seperti penggunaan bom aatau racun. Dengan kondisi demikian maka pembangunan perikanan tangkap harus dilakukan secara lestari dan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian stok ikan di alam. Di samping itu diperlukan upaya pengembalian jumlah atau stok ikan di alam yang dikenal sebagai upaya restocking. Kegiatan restocking ikan dilakukan dengan memanfaatkan produksi pembenihan dalam akuakultur.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi ikan untuk rekreasi. Produksi ikan untuk rekreasi dilakukan untuk menghasilkan ikan yang akan dipergunakan dalam kegiatan rekreasi. Kegiatan rekreasi yang dimaksud bisa berupa kegiatan memancing di kolam pancing atau waduk dan juga sebagai hiburan di taman akuarium. Karakteristik ikan yang dihasilkan tentunya yang memiliki kelebihan untuk digunakan dalam hiburan baik dalam segi bentuk, ukuran maupun keindahannya. Contoh produksi ikan ini misalnya produksi ikan mas yang digunakan sebagai ikan target di kolam pancing.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi ikan umpan. Produksi ikan umpan adalah produksi ikan hingga ukuran tertentu yang selanjutnya digunakan sebagai umpan dalam usaha penangkapan ikan. Contohnya produksi ikan bandeng yang digunakan sebagai umpan dalam penangkapan ikan tuna. Pemakaian umpan hidup ini bisa meningkatkan hasil penangkapan ikan 3 hingga 5 kali lebih banyak diandingkan dengan menggunakan umpan segar atau beku. </div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi ikan hias. Produksi ikan hias dilakukan untukmenghasilkan ikan yang menarik baik dari segi bentuk maupun warnanya untuk digunakan sebagai hiasan dalam akuarium. Selain bentuk dan warnanya, nilai ekonomis ikan hias juga ditentukan oleh kesulitan penangkapan maupun budidayanya. Produksi ikan hias dapat berupa ikan air tawar maupun ikan air laut. Budidaya ikan air tawar umumnya lebih mudah dilakukan dibandng dengan ikan air laut.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi ikan untuk pengendalian bahan organik. Produksi ikan ini dilakukan untuk mengendalikan bahan organic yang menumpuk dalam kolam dengan memanfaatkan kemampuan ikan dalam memanfaatkan bahan organic secara langsung maupun tidak langsung. Ikan tilapia misalnya bisa digunakan untuk mengendalikan sedimentasi bahan organic di dasar waduk, karena ikan ini mengkonsumsi sedimen yang ada di dasar perairan. Di sebagian daerah di Indonesia ada juga cara budidaya ikan yang memanfaatkan ikan sebagai pengendali limbah buangan rumah tangga dengan membuang limbah ke dalam kolam yang berisi ikan seperti lele atau mujair. Baca juga tulisan mengenai <a href="http://peribudi.blogspot.com/2017/02/cara-budidaya-ikan-lele-masihkah.html">cara budidaya lele</a> seperti ini. </div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Produksi bahan industri. Budidaya perikanan atau akuakultur juga menghasilkan produk yang digunakan sebagai bahan baku industri, baik itu industri makanan, obat-obatan atau farmasi maupun kosmetika. Rumput laut merupakan salah satu produk budidaya yang banyak digunakan dalam industri, baik untuk jenis yang menghasilkan karaginan, agar, maupun alginate. Rumput laut yang menghasilkan karaginan (<i>Carrageenophytes</i>) diantaranya adalah rumput laut jenis eucheuma cottoni dan kappaphy cus alvarezii sedangkan yang menghasilkan agar (<i>Agarophytes</i>) adalah gracilaria gigas dan gracillaria verucosa. Rumput laut penghasil alginate adalah jenis rumput laut Alginophytes seperti sargassum sp. Selain rumput lautproduk budidaya yang digunakan dalam industri adalah ikan nila dan ikan patin. Keduanya digunakan dalam industri makanan yang mengolah daging ikan menjadi beragam hasil industri pengolahan makanan misalnya sebagai daging udang buatan (<i>artificial shrimp</i>), bakso, sosis dll.<br /></div>
</li>
</ol>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-83045590430201302017-03-07T22:31:00.000-08:002017-03-07T22:31:08.613-08:00Ruang Lingkup Akuakultur<div style="text-align: justify;">
Untuk mengetahui ruang lingkup akuakultur dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang. Ruang lingkup akuakultur ini bisa dibagi berdasarkan kegiatan, spasial, sumber air, zonasi dan posisi wadah produksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Kegiatannya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Anda tentu masih ingat tentang pengertian akuakultur. Kalau lupa bisa baca lagi tentang <a href="http://peribudi.blogspot.com/2011/11/pengertian-budidaya-perikananbudidaya.html">pengertian budidaya perikanan/budidaya perairan/akuakultur</a>. Seperti kita ketahui orientasi akuakultur adalah untuk mendapatkan manfaat, hasil atau keuntungan. Hal ini berarti bahwa akuakultur adalah juga sebuah kegiatan bisnis, sehingga disebut juga akuabisnis <i>(aquabusiness</i>). Berdasarkan kegiatan yang dilakukan akuakultur atau akuabisnis ini meliputi beberapa bagian atau subsistem yaitu:</div>
<ul>
<li><div style="text-align: justify;">
Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana produksi disebut juga subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi yang meliputi pengadaan prasarana seperti pemilihan lokasi, pengadaan bahan dan pembangunan fasilitas produksi, dan pengadaan sarana produksi seperti pengadaan induk, benih, pakan, obat -obatan, peralatan dan tenaga kerja.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Kegiatan produksi atau subsistem proses produksi . Kegiatan produksi dalam akuakultur meliputi kegiatan mulai dari persiapan wadah budidaya, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan lingkungan pemeliharaan, pengelolaan kesehatan hingga pemanenan</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Kegiatan penanganan pasca panen dan pemasaran atau subsistem pasca panen dan pemasaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi peningkatan kualitas atau mutu produk yang dihasilkan, proses pengepakan dan distribusi produk hingga ke pelayanan terhadap konsumen</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Kegiatan pendukung atau subsistem pendukung. Kegiatan pendukung dalam akuakultur ini meliputi aspek hukum misalnya perundang - undangan dan kebijakan lainnya, aspek keangan misalnya tentang pembiayaan atau pembayaran dan juga aspek kelembagaan yang menyangkut akuakultur seperti asosiasi, koperasi, perbankan, perusahaan, lembaga birokrasi dan juga lembaga riset dan pengembangan akuakultur.</div>
</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Spasial</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ruang lingkup akuakultur bisa juga dilihat berdasarkan spasial atau tempat, kedudukan atau posisi geografis pada bentang alam tempat berlangsungnya kegiatan akuakultur tersebut. Secara spasial kegiatan akuakultur meliputi kegiatan di pegunungan, perbukitan atau dataran tinggi, dataran rendah, pantai, muara, pesisir pantai,teluk, selat, terumbu karang hingga di laut lepas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua kegiatan akuakultur tersebut tentunya dapat dilaksanakan selama tersedia sumber air yang memadai. Di daerah pegunungan misalnya sumber air bisa berasal dari sungai, mata air dan danau. Di dataran rendah sumber air bisa berasal dari sungai, sumur, danau, waduk dan rawa. di pesisir pantai sumber air bisa berasal dari sungai, sumur dan laut. Kegiatan akuakultur bisa juga dilakukan di laut dangkal hingga di laut lepas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Sumber Airnya</b><br />
<b></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika dilihat dari sumber air yang dipergunakan, budidaya perikanan atau akuakultur terdiri dari budidaya air tawar (<i>freshwater culture</i>), budidaya air payau (<i>brackishwater culture</i>) dan budidaya air laut (<i>mariculture</i>). Sesuai dengan namanya budidaya air tawar tentunya menggunakan air tawar dalam kegiatan produksinya. Demikian juga dengan budidaya air payau yang menggunakan air payau dan budidaya laut yang menggunakan air laut dalam kegiatan produksinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena menggunakan sumber air yang berbeda maka masing - masing kegiatan budidaya tersebut tentunya akan memelihara komoditas yang berasal dari habitat yang airnya memiliki kesamaan dengan sumber air yang digunakan dalam produksi budidaya yang dilakukan, atau setidaknya sudah beradaptasi dengan salinitas air yang dipergunakan dalam budidaya. Komoditas yang dipelihara pada budidaya air tawar adalah spesies yang di habitat aslinya memang hidup di air tawar seperti ikan lele, ikan gurame dll. Demikian juga komoditas yang dipelihara pada budidaya air payau adalah spesies yang berasal dari perairan payau seperti bandeng dan udang windu. Pada budidaya laut yang dipelihara adalah spesies yang berasal dari laut seperti ikan kerapu, ikan kakap dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian ada juga beberapa spesies yang bersifat <i>euryhaline, </i>yakni memiliki toleransi pada salinitas dengan kisaran yang luas. Spesies seperti ini bias dipelihara dengan menggunakan sumber air yang berbeda beda. Contohnya seperti ikan bandeng. Ikan bandeng umumnya dipelihara di tambak berair payau akan tetapi bias juga dipelihara di karamba air laut, dan juga di kolam air tawar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Ruang Lingkup Akuakultur berdasarkan zonasi darat - laut.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika akuakultur dilihat dari zonasi darat dan laut, maka akan terlihat bahwa ada kegiatan akuakultur yang dilakukan di darat (<i>inland aquaculture</i>) dan kegiatan akuakultur yang dilakukan di laut (<i>marine aquaculture). </i>Dalam kegiatan produksinya<i> inland aquaculture </i>bisa saja menggunakan air tawar, air payau dan juga air laut. Sebaliknya <i>marine aquaculture</i> karena dilakukan di laut maka air yang dipergunakan umumnya hanyalah air laut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembagian zonasi darat-laut ini juga dikenal dalam perikanan tangkap sehingga ada yang disebut sebagai<i> inland fisheries</i> atau penangkapan di perairan umum dan <i>marine fisheries</i> atau penangkapan ikan di laut terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Ruang Lingkup Akuakultur berdasarkan posisi media produksinya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan posisi wadah /media untuk produksi budidaya, akuakultur meliputi kegiatan budidaya yang berbasiskan daratan (<i>land-base aquaculture</i>) dan budidaya perikanan yang berbasiskan perairan (<i>water-base aquaculture</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada budidaya perikanan yang berbasis daratan (<i>land-base aquaculture</i>), wadah yang dilakukan dalam budidaya perikanan berada di darat dan air yang digunakan diambil dari sumber air yang ada di dekatnya. Sumber air yang digunakan bias saja berasal dari perairan tawar seperti sungai, maupun dengan mengambil air dari laut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada budidaya perikanan yang berbasis perairan (<i>water-base aquaculture</i>), maka wadah budidaya berada langsung di atas perairan misalnya karamba atau karamba jarring apung. Wadah budidaya ditempatkan di perairan sehingga tidak perlu usaha memindahkan air dari sumber air ke wadah budidaya. Budidaya perikanan berbasis perairan ini bias dilakukan di perairan umum yang berair tawar misalnya di danau atau sungai dan bias juga di laut terbuka.</div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-30787819660199696092017-03-02T19:08:00.002-08:002017-03-02T19:08:49.467-08:00Perikanan Budidaya di Indonesia<div style="text-align: justify;">
Perairan Indonesia yang sangat luas memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Akan tetapi peningkatan produksi perikanan Indonesia tidak bisa semata mata hanya diandalkan dari sektor perikanan tangkap. Potensi perikanan tangkap seberapapun besarnya akan terus berkurang jika dilakukan penangkapan terus menerus apalagi jika dilakukan secara berlebihan (<i>over fishing</i>). Dalam melakukan kegiatan penagkapan ikan sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan kesinambungan stok ikan yang ada di alam. Untuk itu peningkatan produksi perikanan bisa dilakukan dengan meningkatkan produksi dari sektor perikanan budidaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perikanan budidaya di Indonesia juga memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Sektor perikanan budidaya ini jika dikelola dengan baik akan bisa digunakan sebagai motor penggerak perekonomian dan penyerap tenaga kerja. Potensi perairan yang bisa dikembangkan diantaranya adalah di perairan air tawar (sungai, danau, kolam), perairan payau (tambak) dan perairan laut (pantai dan laut lepas).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Potensi budidaya perairan di Indonesia,diantaranya potensi budidaya tambak dengan luas mencapai 2.963.717 hektare (ha). Dari jumlah potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 657.346 ha atau 22,2%. Hal ini berarti, peluang untuk budidaya tambak masih bisa dikembangkan lagi hingga seluas 2.306.371 ha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Potensi perikanan budidaya kolam di Indonesia memiliki potensi seluas 541.000 ha. Dari jumlah potensi budidaya kolam tersebut baru dimanfaatkan sebesar 24,4% atau sekitar 131.776 ha. Potensi budidaya perairan Indonesia di kolam ini masih ada peluang pengembangan seluas 409.324 ha. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari potensi perikanan budidaya Indonesia tersebut, peluang investasi dalam sektor budidaya perikanan di Indonesia baik di tambak maupun kolam masih sangat terbuka lebar. Perikanan budidaya Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk jenis budidaya di perairan umum Indonesia memiliki potensi seluas 145.125 ha. Dari jumlah potensi budidaya perikanan di perairan umum tersebut yang baru dimanfaatkan mencapai luas 1.798 ha atau hanya sekitar 1,13% dari potensi yang dimiliki. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indonesia juga memiliki luas lahan pertanian basah yang potensial untuk dikembangkan sebagai areal budidaya ikan sistem mina padi seluas 1.536.289 ha. Dari jumlah potensi perikanan budidaya sistem mina padi tersebut, pemanfaatannya baru seluas 156.193 ha atau 10,2% dari keseluruhan potensi yang dimiliki. Jumlah ini tentunya masih bisa dikembangkan hingga seluas 1.380.096 ha lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk potensi perikanan budidaya di Indonesia dari sector perikanan budidaya laut Indonesia memiliki potensi seluas 24.000.000 ha. Dari jumlah potensi perikanan budidaya laut tersebut yang baru termanfaatkan seluas 178.435 ha, atau hanya sekitar 0,74% dari potensi perikanan budidaya laut yang dimiliki. Hal ini berarti sektor perikanan budidaya laut di Indonesia masih memiliki peluang pengembangan hingga seluas 23.821.565 ha. Ini merupakan jumlah yang sangat besar yang jika mampu dikembangkan secara optimal akan bisa memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan juga peningkatan penerimaan bagi negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut data hasil produksi perikanan budidaya yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2014, realisasi produksi perikanan budidaya mencapai 14,5 juta ton, Hal ini jauh jauh lebih besar dari produksi perikanan tangkap yang sebesar 5-7 juta ton. Pada tahun 2015, produksi perikanan budidaya di Indonesia meningkat hingga mencapai kurang lebih 17,9 juta ton.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 2017 ini, produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 22,79 juta ton, dan diharapkan meningkat pada tahun 2018 menjadi sebanyak 26,72 juta ton, dan pada pada tahun 2019 ditargetkan produksi perikanan budidaya di Indonesia mencapai 31,32 juta ton. Dari jumlah target produksi perikanan budidaya Indonesia tersebut, Produksi perikanan budidaya dari rumput laut ditargetkan sebesar 22,17 juta ton dan hasil perikanan budidaya berupa ikan ditargetkan sebesar 9,15 juta ton.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan melihat jumlah potensi dan hasil produksi perikanan budidaya di Indonesia ini. Kita bisa melihat bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terutama jika dilihat dari luas perairan lautnya yang sangat besar. Jika potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki ini bisa dimanfaatkan secara optimal tentunya akan mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kemajuan perekonomian Indonesia. Dari sektor kelautan dan perikanan Indonesia ini Indonesia memiliki beberapa komoditas unggulan diantaranya udang, rumput laut, ikan bandeng, patin, lele, nila, gurame, mas, kerapu, kakap putih, dan ikan-ikan lokal lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sisi penerimaan pasar, hasil produksi komoditas budidaya perikanan Indonesia sangat banyak diminati di pasar global. Komoditas perikanan budidaya Indonesia memang diakui memiliki nilai ekonomis tinggi yang berorientasi ekspor sehingga banyak diminati oleh pasar luar negeri. Pasar ekspor tersebut masih memiliki peluang pengembangan yang masih sangat terbuka lebar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu pengembangan sektor perikanan dan Kelautan termasuk di dalamnya sektor perikanan budidaya di Indonesia merupakan sebuah keharusan. Hal ini sejalan dengan visi misi Kabinet Kerja Indonesia yaitu mendorong laut menjadi sumber ekonomi bangsa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan besarnya potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki seharusnya bisa dijadikan dorongan untuk lebih fokus dan serius meningkatkan produksi perikanan budidaya. Pengembangan sector perikanan dan kelautan harus dapat menjadikan Indonesia unggul dalam kualitas dan kuantitas produksi perikanan dibandingkan Negara lain, apalagi Negara yang memiliki luas lahan di sector perikanan yang jauh lebih kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti dalam mengamankan hasil produksi perikanan tangkap yang banyak dicuri Negara lain. Hal ini juga harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas perikanan Indonesia baik perikanan tangkap dan perikanan budidaya sehingga. Segala potensi dan kekayaan alam yang dimiliki tersebut akan dapat termanfaatkan secara optimal sesuai dengan konsep <i>blue economy</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a></div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-44010413043596900922017-02-28T19:09:00.000-08:002017-03-01T18:56:24.485-08:00Cara Budidaya Ikan YUMINA, Ketika Sayuran dan Ikan Tumbuh Bersama<div style="text-align: justify;">
Dalam budidaya ikan sudah barang tentu yang diinginkan adalah produksi ikan yang bagus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun tahukah anda bahwa ada cara budidaya ikan yang tidak hanya menghasilkan ikan akan tetapi juga bisa menghasilkan produk lain yaitu sayuran?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, cara budidaya ikan ini dikenal dengan nama YUMINA yang merupakan kependekan dari saYUran dan MINA yang berarti ikan. Cara Budidaya ikan YUMINA ini memang tidak hanya menghasilkan ikan akan tetapi juga sayuran sebagai produk sampingannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain YUMINA adalagi cara budidaya ikan yang masih sejenis yang disebut BUMINA yang diambil dari kata BUah dan MINA. Cara budidaya ikan YUMINA dan BUMINA ini tentunya akan memberikan nilai tambah bagi petani pembudidaya ikan. Apalagi dalam ketidakpastian cuaca akibat global warming sering ditemui kendala dalam produksi sayuran. Sekarang ini saja kita sedang dihadapkan dengan persoalan mahalnya harga cabai akaibat produksi cabai yang kurang bagus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara Budidaya ikan YUMINA dan BUMINA ina sebenarnya merupakan cara budidaya ikan tumpang sari diman dalam satu kegiatan budidaya dihasilkan dua atau leih produk. Ikan yang dipelihara dalam kolam dan sayuran atau buah yang dipelihara di atas atau pinggir kolam. Cara budidaya ikan YUMINA dan BUMINA ini mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan pemeliharaan buah atau sayuran sitem hidroponik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam cara budidaya ikan yumina dan bumina, tanaman dipelihara secara hidroponik, dimana tanaman tidak ditanam dalam media tanah akan tetapi lebih banyak menggunakan air secara langsung atau ditambah dengan media non tanah seperti kerikil, arang atau akar pakis. Media tanam dan akar tanaman, mendapatkan suplai air dari kolam ikan yang tentunya juga mengandung unsur hara dari kotoran ikan yang dipelihara. Dengan melewatkan air kolam ke wadah pemeliharaan tanaman, petani akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Memberikan air dan unsur hara pada tanaman. Air kolam yang mengandung kotoran ikan akan menjadi pupuk yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman sayur/buah yang dipelihara </li>
<li>Menyaring air kolam menjadi lebih bersih. Media tanam dan akar tanaman akan sekaligus berfungsi sebagai filter yang menyaring air kolam sehingga air yang sudah terlewat akan memiliki kualitas air yang lebih bagus bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara</li>
</ul>
<div>
Cara budidaya ikan yumina dan bumina ini dapat diaplikasikan dalam berbagai model wadah, baik itu akuarium maupun kolam, baik itu wadah berbentuk bulat atau persegi. Syarat utamanya tentu saja adalah ada pompa dan sumber listrik yang digunakan untuk menyedot air dari kolam dan mengalirkannya ke wadah pemeliharaan tanaman. Wadah pemeliharaan tanaman juga dapat dibuat dari berbagai bahan. baik itu ember, pipa pvc dan lain lain yang penting tentu saja ada saluran pembuangan dari wadah yang akan mengalirkan air kembali ke kolam ikan. Jadi air dari kolam disedot dengan pompa, masuk dari bagian atas wadah pemeliharaan tanaman dan keluar dari bagian bawah wadah mengalir kembali ke dalam kolam. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<a href="https://www.blogger.com/Artemia%20salina%20banyak%20dipergunakan%20dalam%20budidaya%20perikanan%20khususnya%20dalam%20usaha%20pembenihan.%20Pemakaian%20artemia%20dalam%20budidaya%20ikan%20baik%20itu%20ikan%20hias%20maupun%20ikan%20konsumsi%20memang%20lebih%20praktis%20karena%20tidak%20memerlukan%20waktu%20pemeliharaan%20yang%20lama.%20Kita%20tinggal%20menetaskan%20dan%20artemia%20bisa%20langsung%20diberikan%20pada%20benih%20ikan.%20%20Ada%20dua%20cara%20yang%20biasa%20dilakukan%20dalam%20menetaskan%20artemia%20yaitu%20dengan%20menetaskan%20langsung%20dan%20dengan%20dekapsulasi.%20Keduanya%20tentu%20memiliki%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Lalu%20manakah%20yang%20mestinya%20kita%20lakukan%20dalam%20usaha%20budidaya%20ikan%20ini,%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20ataukah%20didekapsulasi?%20dan%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20cara%20tersebut?%20Ok,%20kita%20mulai%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Tidak%20memerlukan%20bahan%20kimia%202.%20Tidak%20ada%20kemungkinan%20terkontaminasi%20bahan%20kimia%203.%20Aman%20bagi%20larva%20dan%20juga%20pembudidaya%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20lama%202.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20lebih%20besar%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20sedikit%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20dengan%20cara%20dekapsulasi%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20singkat%202.%20Lebih%20aman%20dari%20bakteri%20atau%20parasit%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20banyak%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20dengan%20dekapsulasi:%201.%20Memerlukan%20bahan%20kimia%20yang%20berarti%20ada%20tambahan%20biaya%20yang%20diperlukan%202.%20Ada%20kemungkinan%20tercemar%20bahan%20kimia%20jika%20pencucian%20kurang%20bersih%203.%20Ada%20resiko%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20kimia.%20%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20dalam%20dekapsulasi%20membuat%20kista%20artemia%20lebih%20tipis%20sehingga%20penetasan%20artemia%20bisa%20dilakukan%20lebih%20cepat%20dan%20nauplii%20yang%20didapatpun%20akan%20lebih%20banyak.%20akan%20tetapi%20hal%20ini%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20ketepatan%20pemakaian%20bahan%20kimia.%20Kelebihan%20dosis%20atau%20kelamaan%20waktu%20perendaman%20dengan%20larutan%20chlorin%20bisa%20memberi%20dampak%20yang%20sebaliknya%20yaitu%20nauplii%20yang%20didapat%20akan%20lebih%20sedikit.%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20berupa%20larutan%20chlorin,%20meski%20dampaknya%20mungkin%20kecil,%20tapi%20bagaimanapun%20ada%20resiko%20bagi%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20dari%20bahan%20kimia%20yang%20digunakan.%20Tentunya%20hal%20ini%20bisa%20diminimalisir%20dengan%20menggunakan%20pengaman%20dalam%20bekerja%20misalnya%20dengan%20memakai%20sarung%20tangan%20dan%20masker.%20Hal%20ini%20tentunya%20tidak%20akan%20ditemui%20jika%20menggunakan%20metode%20penetasan%20secara%20langsung%20karena%20prosesnya%20lebih%20alami.%20Metode%20dekapsulasi%20diyakini%20dapat%20mengurangi%20kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20yang%20timbul%20pada%20proses%20penetasan%20artemia%20secara%20alami%20karena%20penggunaan%20larutan%20chlorin%20sekaligus%20berfungsi%20sebagai%20desinfektan.%20Namun%20dengan%20%20dekapsulasi%20ada%20juga%20kemungkinan%20bahan%20kimia%20ikut%20terbawa%20jika%20pencucian%20dilakukan%20kurang%20bersih%20atau%20dosis%20dan%20waktu%20pemakaian%20yang%20tidak%20pas%20(terlalu%20lama).%20%20Lalu%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20metode%20penetasan%20artemia%20tersebut?%20Menetaskan%20secara%20langsung%20atau%20dekapsulasi?%20Jawabannya%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20kebutuhan%20dan%20keterampilan%20pembudidaya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20relatif%20lebih%20aman%20dan%20mudah%20meski%20waktunya%20lebih%20lama.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20dan%20parasit%20juga%20bisa%20diminimalisasi%20dengan%20pencucian%20pada%20akhir%20pemanenan%20atau%20melakukan%20perendaman%20dengan%20pemberian%20antibiotik.%20Dekapsulasi%20memerlukan%20ketepatan%20konsentrasi%20larutan%20dan%20waktu%20perendaman/pencucian%20agar%20bisa%20berhasil%20dengan%20baik.%20Metode%20yang%20tepat%20akan%20memberikan%20nauplii%20yang%20lebih%20banyak%20dan%20lebih%20bersih%20(suci%20hama).%20Jika%20kita%20bandingkan%20dengan%20sistem%20budidaya%20ikan%20pada%20umumnya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20akan%20mirip%20dengan%20extensifikasi%20sedangkan%20dekapsulasi%20akan%20dekat%20dengan%20intensifikasi.%20Semua%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Mana%20yang%20lebih%20baik?%20Silahkan%20anda%20pilih%20sendiri.%20Salam">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a></div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-85325329211932064402017-02-26T22:08:00.000-08:002017-03-01T18:55:44.921-08:00Berbagai Cara Budidaya Ikan Lele yang Perlu Anda Ketahui<div style="text-align: justify;">
Ada berbagai cara budidaya ikan lele yang bisa anda pilih untuk dilaksanakan. Pemilihan cara budidaya ikan lele ini akan sangat tergantung pada sumber daya yang anda miliki, misalnya ketersediaan lahan dan juga permodalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya ada tiga model atau jenis usaha budidaya ikan lele yang bisa dilakukan yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Pembenihan ikan lele</li>
<li>Pembesaran ikan lele</li>
<li>Pembenihan sekaligus pembesaran ikan lele</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Yang akan kita bahas kali ini adalah usaha pembesaran ikan lele. Usaha pembesaran ikan lele ini relatif lebih gampang dan banyak diusahakan. Ikan lele sendiri pada dasarnya merupakan ikan yang 'bandel' yang tidak terlalu membutuhkan banyak perawatan dan relatif tahan terhadap kondisi perairan yang kurang bagus. Budidaya ikan lele bissa dilakukan dengan wadah berupa kolam tanah, kolam terpal, kolam tembok bahkan dengan drum bekas juga bisa. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang bagus tentunya diperlukan kondisi lingkungan dan pakan yang juga bagus. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah beberapa cara budidaya ikan lele:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Cara Tradisional. Cara budidaya ikan lele secara tradisional umumnya dilakukan dalam kolam tanah. Cara budidaya ikan lele model ini tidak banyak memerlukan perhatian. Pemberian pakan juga dilakukan seadanya. Terkadang kolam budidaya ikan lele diletakkan tidak jauh dari jamban keluarga dan limbah dari jamban diarahkan ke kolam sebagai pakan tambahan bagi ikan lele. Cara budidaya model ini sepertinya sudah mulai ditinggalkan karena memberikan dampak psikologis yang kurang bagus terhadap pasar ikan lele. Baca juga: <a href="http://peribudi.blogspot.com/2017/02/cara-budidaya-ikan-lele-masihkah.html">Cara Budidaya ikan lele, masihkah?</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Cara budidaya ikan lele semi intensif. Cara budidaya ikan lele model ini biasanya dilakukan dalam kolam tanah, kolam tembok, maupun kolam terpal. Pembesaran ikan lele dilakukan secara terkontrol dengan pemberian pakan yang terjadwal sehingga produksi ikan lele yang dihasilkan juga lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Cara budidaya ikan lele sistem tumpang sari atau budidaya ikan lele terpadu. Cara budidaya ikan lele model ini dilakukan guna mengoptimalkan usaha budidaya ikan lele yang dijalankan berbarengan dengan usaha budidaya komoditas lain. Model tumpang sari ini bisa dilakukan misalnya dengan melakukan usaha budidaya ikan lele berbarengan dengan usaha budidaya ayam, dimana kolam ikan lele berada di bawah kandang ayam. Model lainnya yaitu budidaya ikan lele yang dipadukan dengan budidaya sayuran, yang dikenal dengan yumina, dan budidaya ikan lele yang dipadukan dengan budidaya buah-buahan atau bumina. Model budidaya ikan lele terpadu ini akan memberikan manfaat ganda yaitu. Panen komoditas yang lebih banyak dan juga pemanfaatan media pemeliharaan yang lebih optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Cara budidaya ikan lele model polikultur. Cara budidaya ikan lele model ini dilakukan dengan mengkombinasikan budidaya ikan lele dengan ikan jenis lain dalam satu kolam misalnya ikan lele dengan ikan gurame atau lele dengan ikan nila.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Cara budidaya ikan lele intensif. Cara budidaya ikan lele model ini dilakukan dengan melakukan budidaya ikan lele dalam kepadatan yang tinggi, sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga lebih tinggi. Pemeliharaan dalam kepadatan tinggi tentunya memerlukan kestabilan kualitas media pemeliharaan. Teknik yang digunakan biasanya dengan metode bioflok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah demikian beberapa cara budidaya ikan lele yang perlu anda ketahui. Anda bisa memilih sendiri cara budidaya ikan lele yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Salam<br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/Artemia%20salina%20banyak%20dipergunakan%20dalam%20budidaya%20perikanan%20khususnya%20dalam%20usaha%20pembenihan.%20Pemakaian%20artemia%20dalam%20budidaya%20ikan%20baik%20itu%20ikan%20hias%20maupun%20ikan%20konsumsi%20memang%20lebih%20praktis%20karena%20tidak%20memerlukan%20waktu%20pemeliharaan%20yang%20lama.%20Kita%20tinggal%20menetaskan%20dan%20artemia%20bisa%20langsung%20diberikan%20pada%20benih%20ikan.%20%20Ada%20dua%20cara%20yang%20biasa%20dilakukan%20dalam%20menetaskan%20artemia%20yaitu%20dengan%20menetaskan%20langsung%20dan%20dengan%20dekapsulasi.%20Keduanya%20tentu%20memiliki%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Lalu%20manakah%20yang%20mestinya%20kita%20lakukan%20dalam%20usaha%20budidaya%20ikan%20ini,%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20ataukah%20didekapsulasi?%20dan%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20cara%20tersebut?%20Ok,%20kita%20mulai%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Tidak%20memerlukan%20bahan%20kimia%202.%20Tidak%20ada%20kemungkinan%20terkontaminasi%20bahan%20kimia%203.%20Aman%20bagi%20larva%20dan%20juga%20pembudidaya%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20lama%202.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20lebih%20besar%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20sedikit%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20dengan%20cara%20dekapsulasi%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20singkat%202.%20Lebih%20aman%20dari%20bakteri%20atau%20parasit%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20banyak%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20dengan%20dekapsulasi:%201.%20Memerlukan%20bahan%20kimia%20yang%20berarti%20ada%20tambahan%20biaya%20yang%20diperlukan%202.%20Ada%20kemungkinan%20tercemar%20bahan%20kimia%20jika%20pencucian%20kurang%20bersih%203.%20Ada%20resiko%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20kimia.%20%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20dalam%20dekapsulasi%20membuat%20kista%20artemia%20lebih%20tipis%20sehingga%20penetasan%20artemia%20bisa%20dilakukan%20lebih%20cepat%20dan%20nauplii%20yang%20didapatpun%20akan%20lebih%20banyak.%20akan%20tetapi%20hal%20ini%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20ketepatan%20pemakaian%20bahan%20kimia.%20Kelebihan%20dosis%20atau%20kelamaan%20waktu%20perendaman%20dengan%20larutan%20chlorin%20bisa%20memberi%20dampak%20yang%20sebaliknya%20yaitu%20nauplii%20yang%20didapat%20akan%20lebih%20sedikit.%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20berupa%20larutan%20chlorin,%20meski%20dampaknya%20mungkin%20kecil,%20tapi%20bagaimanapun%20ada%20resiko%20bagi%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20dari%20bahan%20kimia%20yang%20digunakan.%20Tentunya%20hal%20ini%20bisa%20diminimalisir%20dengan%20menggunakan%20pengaman%20dalam%20bekerja%20misalnya%20dengan%20memakai%20sarung%20tangan%20dan%20masker.%20Hal%20ini%20tentunya%20tidak%20akan%20ditemui%20jika%20menggunakan%20metode%20penetasan%20secara%20langsung%20karena%20prosesnya%20lebih%20alami.%20Metode%20dekapsulasi%20diyakini%20dapat%20mengurangi%20kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20yang%20timbul%20pada%20proses%20penetasan%20artemia%20secara%20alami%20karena%20penggunaan%20larutan%20chlorin%20sekaligus%20berfungsi%20sebagai%20desinfektan.%20Namun%20dengan%20%20dekapsulasi%20ada%20juga%20kemungkinan%20bahan%20kimia%20ikut%20terbawa%20jika%20pencucian%20dilakukan%20kurang%20bersih%20atau%20dosis%20dan%20waktu%20pemakaian%20yang%20tidak%20pas%20(terlalu%20lama).%20%20Lalu%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20metode%20penetasan%20artemia%20tersebut?%20Menetaskan%20secara%20langsung%20atau%20dekapsulasi?%20Jawabannya%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20kebutuhan%20dan%20keterampilan%20pembudidaya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20relatif%20lebih%20aman%20dan%20mudah%20meski%20waktunya%20lebih%20lama.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20dan%20parasit%20juga%20bisa%20diminimalisasi%20dengan%20pencucian%20pada%20akhir%20pemanenan%20atau%20melakukan%20perendaman%20dengan%20pemberian%20antibiotik.%20Dekapsulasi%20memerlukan%20ketepatan%20konsentrasi%20larutan%20dan%20waktu%20perendaman/pencucian%20agar%20bisa%20berhasil%20dengan%20baik.%20Metode%20yang%20tepat%20akan%20memberikan%20nauplii%20yang%20lebih%20banyak%20dan%20lebih%20bersih%20(suci%20hama).%20Jika%20kita%20bandingkan%20dengan%20sistem%20budidaya%20ikan%20pada%20umumnya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20akan%20mirip%20dengan%20extensifikasi%20sedangkan%20dekapsulasi%20akan%20dekat%20dengan%20intensifikasi.%20Semua%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Mana%20yang%20lebih%20baik?%20Silahkan%20anda%20pilih%20sendiri.%20Salam">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-19183399456519238542017-02-23T18:17:00.000-08:002017-03-01T18:55:00.203-08:00Cara Budidaya Ikan Lele, Masihkah..?<div style="text-align: justify;">
Ada berbagai teknik atau <b>cara budidaya ikan lele</b> yang bisa dilakukan. Hal ini tergantung dari ketersediaan lahan dan fasilitas lain yang dimiliki. Pasar untuk ikan lele sendiri sebagian besar adalah untuk usaha makanan baik warung ataupun restoran</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kali ini saya tidak akan membahas tentang <b>prospek pasar ikan lele</b> ataupun <b>teknologi budidaya ikan lele </b>karena kayaknya sudah cukup banyak yang membahasnya. Saya hanya ingin berbagi cerita yang sebenarnya masih erat kaitannya dengan <b>cara budidaya ikan lele</b> .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini sih pengalaman teman, saya lupa persisnya kapan.. yang jelas sudah cukup lama. Ceritanya teman saya ini sedang dalam perjalanan, karena sudah lapar dan memang sudah jam makan siang dia singgah di sebuah warung makan yang menyediakan menu lalapan ikan lele. Warungnya cukup asri dan di sebelahnya juga ada kolam tempat budidaya ikan lele. "Wah pasti segar segar nih ikannya" pikirnya dalam hati. Setelah makanan dihidangkan dia pun makan dengan lahap karena makanan yang disajikan emang enak dan pas buat selera makan dia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai makan dan bayar makanan dia merasa pengen ke belakang sebentar. Daripada di tengah jalan berhenti lagi, dia pikir lebih baik di situ sekalian mumpung lagi berhenti. Dia pun tanya pada pemilik warung dan ditunjukkanlah lokasi kamar kecil di samping warung. Selesai buang hajat di kamar kecil dia berhenti sebentar guna melihat - lihat kolam. Terlihat ikan lele bergerombol sepertinya sedang makan dengan lahap. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan...seketika kepalanya pusing dan mau muntah karena saat itu dia baru sadar kalau saluran pembuangan limbah di kamar kecil itu berakhir di kolam budidaya ikan lele. Berarti yang dia makan....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah.. itu pengalaman seorang teman mengenai <b>cara budidaya ikan lele</b>. Saya tidak tahu pasti apakah saat ini masih ada petani yang menggunakan <b>cara budidaya ikan lele</b> seperti itu. Karena cara budidaya seperti itu meski mungkin efisien tapi potensial menurunkan pangsa pasar ikan lele. </div>
<div style="text-align: justify;">
Salam<br />
<br />
Klik link ini untuk melihat <a href="https://www.blogger.com/Artemia%20salina%20banyak%20dipergunakan%20dalam%20budidaya%20perikanan%20khususnya%20dalam%20usaha%20pembenihan.%20Pemakaian%20artemia%20dalam%20budidaya%20ikan%20baik%20itu%20ikan%20hias%20maupun%20ikan%20konsumsi%20memang%20lebih%20praktis%20karena%20tidak%20memerlukan%20waktu%20pemeliharaan%20yang%20lama.%20Kita%20tinggal%20menetaskan%20dan%20artemia%20bisa%20langsung%20diberikan%20pada%20benih%20ikan.%20%20Ada%20dua%20cara%20yang%20biasa%20dilakukan%20dalam%20menetaskan%20artemia%20yaitu%20dengan%20menetaskan%20langsung%20dan%20dengan%20dekapsulasi.%20Keduanya%20tentu%20memiliki%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Lalu%20manakah%20yang%20mestinya%20kita%20lakukan%20dalam%20usaha%20budidaya%20ikan%20ini,%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20ataukah%20didekapsulasi?%20dan%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20cara%20tersebut?%20Ok,%20kita%20mulai%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Tidak%20memerlukan%20bahan%20kimia%202.%20Tidak%20ada%20kemungkinan%20terkontaminasi%20bahan%20kimia%203.%20Aman%20bagi%20larva%20dan%20juga%20pembudidaya%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20lama%202.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20lebih%20besar%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20sedikit%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20dengan%20cara%20dekapsulasi%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20singkat%202.%20Lebih%20aman%20dari%20bakteri%20atau%20parasit%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20banyak%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20dengan%20dekapsulasi:%201.%20Memerlukan%20bahan%20kimia%20yang%20berarti%20ada%20tambahan%20biaya%20yang%20diperlukan%202.%20Ada%20kemungkinan%20tercemar%20bahan%20kimia%20jika%20pencucian%20kurang%20bersih%203.%20Ada%20resiko%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20kimia.%20%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20dalam%20dekapsulasi%20membuat%20kista%20artemia%20lebih%20tipis%20sehingga%20penetasan%20artemia%20bisa%20dilakukan%20lebih%20cepat%20dan%20nauplii%20yang%20didapatpun%20akan%20lebih%20banyak.%20akan%20tetapi%20hal%20ini%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20ketepatan%20pemakaian%20bahan%20kimia.%20Kelebihan%20dosis%20atau%20kelamaan%20waktu%20perendaman%20dengan%20larutan%20chlorin%20bisa%20memberi%20dampak%20yang%20sebaliknya%20yaitu%20nauplii%20yang%20didapat%20akan%20lebih%20sedikit.%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20berupa%20larutan%20chlorin,%20meski%20dampaknya%20mungkin%20kecil,%20tapi%20bagaimanapun%20ada%20resiko%20bagi%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20dari%20bahan%20kimia%20yang%20digunakan.%20Tentunya%20hal%20ini%20bisa%20diminimalisir%20dengan%20menggunakan%20pengaman%20dalam%20bekerja%20misalnya%20dengan%20memakai%20sarung%20tangan%20dan%20masker.%20Hal%20ini%20tentunya%20tidak%20akan%20ditemui%20jika%20menggunakan%20metode%20penetasan%20secara%20langsung%20karena%20prosesnya%20lebih%20alami.%20Metode%20dekapsulasi%20diyakini%20dapat%20mengurangi%20kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20yang%20timbul%20pada%20proses%20penetasan%20artemia%20secara%20alami%20karena%20penggunaan%20larutan%20chlorin%20sekaligus%20berfungsi%20sebagai%20desinfektan.%20Namun%20dengan%20%20dekapsulasi%20ada%20juga%20kemungkinan%20bahan%20kimia%20ikut%20terbawa%20jika%20pencucian%20dilakukan%20kurang%20bersih%20atau%20dosis%20dan%20waktu%20pemakaian%20yang%20tidak%20pas%20(terlalu%20lama).%20%20Lalu%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20metode%20penetasan%20artemia%20tersebut?%20Menetaskan%20secara%20langsung%20atau%20dekapsulasi?%20Jawabannya%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20kebutuhan%20dan%20keterampilan%20pembudidaya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20relatif%20lebih%20aman%20dan%20mudah%20meski%20waktunya%20lebih%20lama.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20dan%20parasit%20juga%20bisa%20diminimalisasi%20dengan%20pencucian%20pada%20akhir%20pemanenan%20atau%20melakukan%20perendaman%20dengan%20pemberian%20antibiotik.%20Dekapsulasi%20memerlukan%20ketepatan%20konsentrasi%20larutan%20dan%20waktu%20perendaman/pencucian%20agar%20bisa%20berhasil%20dengan%20baik.%20Metode%20yang%20tepat%20akan%20memberikan%20nauplii%20yang%20lebih%20banyak%20dan%20lebih%20bersih%20(suci%20hama).%20Jika%20kita%20bandingkan%20dengan%20sistem%20budidaya%20ikan%20pada%20umumnya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20akan%20mirip%20dengan%20extensifikasi%20sedangkan%20dekapsulasi%20akan%20dekat%20dengan%20intensifikasi.%20Semua%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Mana%20yang%20lebih%20baik?%20Silahkan%20anda%20pilih%20sendiri.%20Salam">Daftar Isi/Peta Situs</a></div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-23068289275086846432017-02-22T19:22:00.002-08:002017-03-01T18:53:46.638-08:00Lebih Baik Menetaskan Artemia atau Dekapsulasi?<div style="text-align: justify;">
Artemia salina banyak dipergunakan dalam <a href="http://peribudi.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-budidaya-perikananbudidaya.html">budidaya perikanan </a>khususnya dalam usaha pembenihan. Pemakaian artemia dalam budidaya ikan baik itu ikan hias maupun ikan konsumsi memang lebih praktis karena tidak memerlukan waktu pemeliharaan yang lama. Kita tinggal menetaskan dan artemia bisa langsung diberikan pada benih ikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada dua cara yang biasa dilakukan dalam menetaskan artemia yaitu dengan menetaskan langsung dan dengan dekapsulasi. Keduanya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing. Lalu <b>manakah yang mestinya kita lakukan dalam usaha budidaya ikan ini, menetaskan artemia secara langsung ataukah didekapsulasi? </b>dan<b> manakah yang lebih baik dari kedua cara tersebut?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ok, kita mulai dengan kelebihan dan kekurangan masing - masing. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kelebihan menetaskan artemia secara langsung:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tidak memerlukan bahan kimia</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Tidak ada kemungkinan terkontaminasi bahan kimia</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Aman bagi larva dan juga pembudidaya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kekurangan metode penetasan artemia secara langsung</b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Waktu penetasan lebih lama</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kemungkinan masuknya bakteri atau parasit lebih besar</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Jumlah nauplii yang didapat lebih sedikit</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kelebihan menetaskan artemia dengan cara dekapsulasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Waktu penetasan lebih singkat</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Lebih aman dari bakteri atau parasit</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Jumlah nauplii yang didapat lebih banyak</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kekurangan metode penetasan artemia dengan dekapsulasi</b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Memerlukan bahan kimia yang berarti ada tambahan biaya yang diperlukan</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ada kemungkinan tercemar bahan kimia jika pencucian kurang bersih</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Ada resiko pembudidaya menghirup gas kimia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan bahan kimia dalam dekapsulasi membuat kista artemia lebih tipis sehingga penetasan artemia bisa dilakukan lebih cepat dan nauplii yang didapatpun akan lebih banyak. akan tetapi hal ini akan sangat tergantung pada ketepatan pemakaian bahan kimia. Kelebihan dosis atau kelamaan waktu perendaman dengan larutan chlorin bisa memberi dampak yang sebaliknya yaitu nauplii yang didapat akan lebih sedikit. Penggunaan bahan kimia berupa larutan chlorin, meski dampaknya mungkin kecil, tapi bagaimanapun ada resiko bagi pembudidaya menghirup gas dari bahan kimia yang digunakan. Tentunya hal ini bisa diminimalisir dengan menggunakan pengaman dalam bekerja misalnya dengan memakai sarung tangan dan masker. Hal ini tentunya tidak akan ditemui jika menggunakan metode penetasan secara langsung karena prosesnya lebih alami. Metode dekapsulasi diyakini dapat mengurangi kemungkinan masuknya bakteri atau parasit yang timbul pada proses penetasan artemia secara alami karena penggunaan larutan chlorin sekaligus berfungsi sebagai desinfektan. Namun dengan dekapsulasi ada juga kemungkinan bahan kimia ikut terbawa jika pencucian dilakukan kurang bersih atau dosis dan waktu pemakaian yang tidak pas (terlalu lama).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu manakah yang lebih baik dari kedua metode penetasan artemia tersebut? Menetaskan secara langsung atau dekapsulasi? Jawabannya akan sangat tergantung pada kebutuhan dan keterampilan pembudidaya. Menetaskan artemia secara langsung relatif lebih aman dan mudah meski waktunya lebih lama. Kemungkinan masuknya bakteri dan parasit juga bisa diminimalisasi dengan pencucian pada akhir pemanenan atau melakukan perendaman dengan pemberian antibiotik. Dekapsulasi memerlukan ketepatan konsentrasi larutan dan waktu perendaman/pencucian agar bisa berhasil dengan baik. Metode yang tepat akan memberikan nauplii yang lebih banyak dan lebih bersih (suci hama). Jika kita bandingkan dengan sistem budidaya ikan pada umumnya. Menetaskan artemia secara langsung akan mirip dengan extensifikasi sedangkan dekapsulasi akan dekat dengan intensifikasi. Semua dengan kelebihan dan kekurangan masing - masing. <b>Mana yang lebih baik?</b> Silahkan anda pilih sendiri. Salam<br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/Artemia%20salina%20banyak%20dipergunakan%20dalam%20budidaya%20perikanan%20khususnya%20dalam%20usaha%20pembenihan.%20Pemakaian%20artemia%20dalam%20budidaya%20ikan%20baik%20itu%20ikan%20hias%20maupun%20ikan%20konsumsi%20memang%20lebih%20praktis%20karena%20tidak%20memerlukan%20waktu%20pemeliharaan%20yang%20lama.%20Kita%20tinggal%20menetaskan%20dan%20artemia%20bisa%20langsung%20diberikan%20pada%20benih%20ikan.%20%20Ada%20dua%20cara%20yang%20biasa%20dilakukan%20dalam%20menetaskan%20artemia%20yaitu%20dengan%20menetaskan%20langsung%20dan%20dengan%20dekapsulasi.%20Keduanya%20tentu%20memiliki%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Lalu%20manakah%20yang%20mestinya%20kita%20lakukan%20dalam%20usaha%20budidaya%20ikan%20ini,%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20ataukah%20didekapsulasi?%20dan%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20cara%20tersebut?%20Ok,%20kita%20mulai%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Tidak%20memerlukan%20bahan%20kimia%202.%20Tidak%20ada%20kemungkinan%20terkontaminasi%20bahan%20kimia%203.%20Aman%20bagi%20larva%20dan%20juga%20pembudidaya%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20secara%20langsung:%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20lama%202.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20lebih%20besar%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20sedikit%20%20Kelebihan%20menetaskan%20artemia%20dengan%20cara%20dekapsulasi%201.%20Waktu%20penetasan%20lebih%20singkat%202.%20Lebih%20aman%20dari%20bakteri%20atau%20parasit%203.%20Jumlah%20nauplii%20yang%20didapat%20lebih%20banyak%20%20Kekurangan%20metode%20penetasan%20artemia%20dengan%20dekapsulasi:%201.%20Memerlukan%20bahan%20kimia%20yang%20berarti%20ada%20tambahan%20biaya%20yang%20diperlukan%202.%20Ada%20kemungkinan%20tercemar%20bahan%20kimia%20jika%20pencucian%20kurang%20bersih%203.%20Ada%20resiko%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20kimia.%20%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20dalam%20dekapsulasi%20membuat%20kista%20artemia%20lebih%20tipis%20sehingga%20penetasan%20artemia%20bisa%20dilakukan%20lebih%20cepat%20dan%20nauplii%20yang%20didapatpun%20akan%20lebih%20banyak.%20akan%20tetapi%20hal%20ini%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20ketepatan%20pemakaian%20bahan%20kimia.%20Kelebihan%20dosis%20atau%20kelamaan%20waktu%20perendaman%20dengan%20larutan%20chlorin%20bisa%20memberi%20dampak%20yang%20sebaliknya%20yaitu%20nauplii%20yang%20didapat%20akan%20lebih%20sedikit.%20Penggunaan%20bahan%20kimia%20berupa%20larutan%20chlorin,%20meski%20dampaknya%20mungkin%20kecil,%20tapi%20bagaimanapun%20ada%20resiko%20bagi%20pembudidaya%20menghirup%20gas%20dari%20bahan%20kimia%20yang%20digunakan.%20Tentunya%20hal%20ini%20bisa%20diminimalisir%20dengan%20menggunakan%20pengaman%20dalam%20bekerja%20misalnya%20dengan%20memakai%20sarung%20tangan%20dan%20masker.%20Hal%20ini%20tentunya%20tidak%20akan%20ditemui%20jika%20menggunakan%20metode%20penetasan%20secara%20langsung%20karena%20prosesnya%20lebih%20alami.%20Metode%20dekapsulasi%20diyakini%20dapat%20mengurangi%20kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20atau%20parasit%20yang%20timbul%20pada%20proses%20penetasan%20artemia%20secara%20alami%20karena%20penggunaan%20larutan%20chlorin%20sekaligus%20berfungsi%20sebagai%20desinfektan.%20Namun%20dengan%20%20dekapsulasi%20ada%20juga%20kemungkinan%20bahan%20kimia%20ikut%20terbawa%20jika%20pencucian%20dilakukan%20kurang%20bersih%20atau%20dosis%20dan%20waktu%20pemakaian%20yang%20tidak%20pas%20(terlalu%20lama).%20%20Lalu%20manakah%20yang%20lebih%20baik%20dari%20kedua%20metode%20penetasan%20artemia%20tersebut?%20Menetaskan%20secara%20langsung%20atau%20dekapsulasi?%20Jawabannya%20akan%20sangat%20tergantung%20pada%20kebutuhan%20dan%20keterampilan%20pembudidaya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20relatif%20lebih%20aman%20dan%20mudah%20meski%20waktunya%20lebih%20lama.%20Kemungkinan%20masuknya%20bakteri%20dan%20parasit%20juga%20bisa%20diminimalisasi%20dengan%20pencucian%20pada%20akhir%20pemanenan%20atau%20melakukan%20perendaman%20dengan%20pemberian%20antibiotik.%20Dekapsulasi%20memerlukan%20ketepatan%20konsentrasi%20larutan%20dan%20waktu%20perendaman/pencucian%20agar%20bisa%20berhasil%20dengan%20baik.%20Metode%20yang%20tepat%20akan%20memberikan%20nauplii%20yang%20lebih%20banyak%20dan%20lebih%20bersih%20(suci%20hama).%20Jika%20kita%20bandingkan%20dengan%20sistem%20budidaya%20ikan%20pada%20umumnya.%20Menetaskan%20artemia%20secara%20langsung%20akan%20mirip%20dengan%20extensifikasi%20sedangkan%20dekapsulasi%20akan%20dekat%20dengan%20intensifikasi.%20Semua%20dengan%20kelebihan%20dan%20kekurangan%20masing%20-%20masing.%20Mana%20yang%20lebih%20baik?%20Silahkan%20anda%20pilih%20sendiri.%20Salam">Lihat Daftar Isi/Peta Situs </a>untuk melihat tulisan tulisan lain yang ada di sini</div>
KMhttp://www.blogger.com/profile/09279338348064379571noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-652114456367608312015-09-18T00:08:00.001-07:002017-03-06T21:47:00.640-08:00Rasio Konversi Pakan<div style="text-align: justify;">
Dalam budidaya ikan, prinsip dasar yang perlu diingat dalam melakukan pemberian pakan ikan yaitu ikan harus diberi makan yang tepat sesuai dengan kebutuhan makannya. Untuk itu petani dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menilai secara tepat berapa banyak pakan yang akan diberikan pada ikan yang dibudidayakan. Dalam hal ini metode yang digunakan yaitu dengan melakukan penghitungan rasio konversi pakan (<i>Feed Convertion Ratio</i> / FCR) atau efisiensi pakan (<i>Feed Efficiency </i>/ FE). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penghitungan rasio konversi pakan (FCR) atau efisiensi pakan (FE) sangat penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pakan ikan yang sudah diberikan dapat meningkatkan produktivitas ikan budidaya. Selain itu, perhitungan ini juga berfungsi untuk menghindari pemborosan dalam pemberian pakan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Rasio konversi pakan (FCR) dihitung dari jumlah kilogram pakan yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram ikan. Sedangkan efisiensi pakan (FE) merupakan persentase dari berat ikan yang dihasilkan dibandingkan dengan berat pakan yang diberikan. Semakin rendah nilai FCR (mendekati 1) berarti semakin baik manajemen pakan yang diberikan. Sedangkan untuk FE berlaku kebalikannya yaitu semakin tinggi nilai FE (mendekati 100%) berarti semakin baik atau semakin efisien pemberian pakan yang dilakukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh jika ikan diberi pakan sebanyak 10 kg dan kemudian menghasilkan ikan dengan bobot 5 kg, maka FCR-nya adalah 10/5 = 2. Efisiensi pakan (FE) merupakan kebalikan dan FCR. Dari contoh di atas, maka FE-nya adalah 5/10 = 50%. FE dengan nilai di atas 50% dianggap baik. Ikan tidak bisa memiliki efisiensi yang sempurna (FE= 100% atau FCR=1). Misalnya jika ikan diberi pakan 5 kg tidak akan menghasilkan 5 kg daging, karena ikan membutuhkan energi untuk metabolisme, pemanasan tubuh, proses pencernaan, respirasi, rangsang syaraf, keseimbangan garam, berenang, dan aktivitas hidup lainnya. FCR akan sangat tergantung oleh jenis, ukuran dan aktivitas ikan, parameter lingkungan, dan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/04/sistem-budidaya-ikan.html" target="_blank">sistem budidaya</a> yang diterapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menghasilkan efisiensi pakan yang baik maka pembudidaya mesti melakukan manajemen pemberian pakan yang baik pula. Saat ini telah banyak beredar di pasaran alat atau mesin pemberian pakan yang bisa digunakan pembudidaya untuk melakukan monitoring dan mengatur pemberian pakan.
<br />
<br />
Lihat juga <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">daftar isi/peta situs</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-78638141066431895412015-09-17T20:16:00.000-07:002017-03-06T21:46:05.688-08:00Dampak Pemupukan pada Kolam/Tambak<div style="text-align: justify;">
Pupuk merupakan bahan untuk meningkatkan konsentrasi nutrient tertentu dalam kolam/tambak. Dari segi bahan pembentuknya pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan bahan organik atau sisa-sisa organisme misalnya tepung bungkil biji kapas atau kotoran ayam. Pupuk anorganik adalah pupuk yang tidak terbuat dari bahan organik akan tetapi terbuat dari sintesa bahan - bahan kimia. Jenis pupuk ini misalnya NPK, TSP dan lain lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi bentuknya pupuk ada yang berbentuk cair dan butiran (granular). Pupuk cair memiliki kelebihan yaitu lebih mudah terserap karena akan langsung larut sehingga dampaknya akan lebih cepat terasa dibanding dengan pupuk yang berbentuk butiran (granular). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemupukan adalah pemberian atau penambahan nutrient tertentu pada media dengan menggunakan pupuk. Pemupukan pada kolam atau tambak hendaknya dilakukan dengan memperhatikan suhu dan musim. Hal ini disebabkan karena efisiensi pemupukan sangat tergantung pada lingkungan, ketersediaan cahaya dan ketersediaan air.
Pemupukan dengan pupuk cair akan lebih mudah diaplikasikan karena bisa langsung digunakan. Jika pupuk yang digunakan berbentuk butiran maka pupuk mesti dilarutkan terlebih dahulu.
Pemupukan akan memberikan dampak positif dalm pemeliharaan ikan di kolam/tambak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian pupuk pada kolam atau tambak budidaya ikan akan meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfor sehingga merangsang pertumbuhan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2014/07/plankton.html" target="_blank">plankton</a>. Fitoplankton merupakan dasar dari rantai makanan di kolam/tambak yang merupakan pakan alami bagi ikan. Fitoplankton akan menjadi makanan bagi hewan mikroskopis (zooplankton) dan insekta yang merupakan makanan bagi ikan ikan kecil. Ikan ikan kecil akhirnya menjadi makanan ikan yang berukuran lebih besar.
Ketersediaan fitoplankton akan membuat rantai makanan pada kolam tetap terjaga sehingga pakan bagi ikan yang dipelihara pada kolam atau tambak juga tetap tersedia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberadaan fitoplankton pada kolam/tambak juga akan menimbulkan kekeruhan pada air. Hal ini akan menghambat penetrasi sinar matahari ke dasar kolam sehingga bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan tanaman air yang mengganggu.
Pada tahap awal pemeliharaan ikan, benih ikan akan sangat membutuhkan pakan alami pada tahap awal perkembangannya. Pemupukan pada kolam/tambak akan menyebabkan pakan bagi benih ikan yang masih kecil ini tetap tersedia sehingga akan memberi dampak positif bagi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih yang dipelihara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemupukan khususnya dengan pupuk anorganik juga bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bermanfaat dalam pencegahan timbulnya penyakit pada ikan.
Pemupukan pada kolam atau tambak yang dilakukan secara tepat kemungkinan besar akan dapat meningkatkan produksi, 3-4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan tambak/kolam yang tidak dipupuk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain dampak positif tersebut, pemupukan juga memiliki dampak negatif jika dilakukan secara tidak tepat.. Untuk itu pemupukan harus dilakukan secara tepat, untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan. Pemupukan memerlukan biaya karena itu pemupukan yang tidak efisien hendaknya tidak dilakukan. Pemupukan tidak akan efisien jika dilakukan pada saat kolam dalam keadaan keruh karena untuk pertumbuhannya plankton memerlukan sinar matahari. Pada saat kolam sedang keruh maka sinar matahari tidak akan mampu menembus ke dalam kolam. Pemupukan juga tidak perlu dilakukan jika ikan yang ditebar dalam kepadatan rendah. Pemupukan pada saat tersebut hanya akan menambah biaya operasional saja.<br />
<br />
Pemupukan memerlukan tenaga kerja dalam pelaksanannya. Jadi perlu dihindari pemupukan yang tidak efektif. Tenaga mungkin bisa dipakai untuk kegiatan lain yang lebih produktif. Pemupukan misalnya tidak perlu dilakukan pada pemeliharaan ikan lele. Ikan lele cukup diberi pakan tambahan saja. Pada kolam air deras juga tidak perlu dilakukan pemupukan karena pupuk akan segera hanyut terbawa arus.<br />
<br />
Pemupukan bisa juga mengakibatkan pertumbuhan dari ikan ikan liar yang tidak diharapkan, karena justru menjadi kompetotor bagi ikan yang dibudidayakan. Pemupukan hendaknya tidak dilakukan pada saat kolam atau tambak sedang penuh dengan ikan ikan liar. Kolam atau tambak bisa dibersihkan terlebih dahulu dari ikan ikan liar, atau bisa dengan cara diracun. Pemupukan bisa juga mengakibatkan blooming algae atau ganggang. Untuk itu pemupukan hendaknya dilakukan dengan memperhatikan tingkat kecerahan dari kolam atau tambak.<br />
<br />
Kesimpulannya pemupukan bisa memberi dampak positif bagi peningkatan produksi ikan di kolam atau tambak. Akan tetapi pemupukan harus dilakukan secara tepat sehingga dampak negatif pemupukan bisa dihindari.
<br />
<br />
Lihat daftar tulisan yang ada di sini di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Peta Situs/Daftar Isi</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-83652476551786839722015-09-15T19:42:00.000-07:002017-03-09T23:47:30.649-08:00Tantangan Pengembangan Perikanan Budidaya di Indonesia<div style="text-align: justify;">
Meskipun negara kita memiliki potensi yang tinggi, yakni memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km, akan tetapi tidak semua sumberdaya lahan pantai yang ada tersebut cocok, bahkan cukup banyak yang sulit dikembangkan untuk <a href="http://peribudi.blogspot.com/" target="_blank">budidaya perikanan</a>. Di samping itu pengembangan perikanan budidaya juga sulit untuk dijalankan jika pantai di wilayah tersebut telah diperuntukkan sebagai kawasan wisata. Hal ini merupakan kendala lingkungan yang masih sering ditemui dalam <a href="http://peribudi.blogspot.com/2011/11/pengembangan-perikanan-budidaya.html" target="_blank">pengembangan budidaya laut dan pesisir </a>di Indonesia.<br />
<br />
Seperti kita ketahui, masing-masing <a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/04/sistem-budidaya-ikan.html" target="_blank">sistem budidaya</a> memiliki batas-batas dan prasyarat tertentu untuk dapat dikembangkan. Kawasan pantai yang berlumpur akan kurang sesuai jika digunakan sebagai lokasi budidaya jenis jenis ikan karang misalnya. Demikian juga pantai yang berkarang kurang tepat untuk digunakan sebagai lokasi budidaya spesies yang memerlukan pantai berpasir misalnya teripang pasir.<br />
<br />
Tantangan yang lain datang dari perubahan kualitas lingkungan, termasuk kualitas air, yang mempengaruhi produksi; dan kehadiran bencana alam seperti banjir dan tsunami. Banyaknya sungai yang tercemar bahan buangan atau limbah industry maupun limbah rumah tangga turut menurunkan kapasitas pantai dimana sungai sungai tersebut bermuara sebagai lokasi budidaya. Demikian juga bencana seperti banjir yang membawa beragam sampah ke laut turut menurunkan kualitas air di laut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain mempertimbangkan kesesuaian tempat, <a href="http://peribudi.blogspot.com/2011/11/pengembangan-perikanan-budidaya.html" target="_blank">pengembangan budidaya pantai</a> juga perlu memperhatikan daya dukung lahan/lingkungan. Pengembangan usaha yang melampaui daya dukung lingkungan dapat memunculkan berbagai dampak dan permasalahan. Daya dukung lahan pantai untuk pertambakan misalnya, ditentukan oleh mutu tanah, mutu air, sumber (asin dan tawar), hidrooseanografi (arus dan pasang surut), topografi dan klimatologi daerah pesisir dan wilayah tangkapan hujan di daerah hulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah lain muncul dari kerusakan-kerusakan lingkungan lahan budidaya akibat pengelolaan yang keliru, pencemaran lingkungan atau bencana alam. Keluhan yang kerap muncul terkait dengan pengelolaan lahan budidaya yang sembarangan adalah meningkatnya kesuburan perairan secara berlebihan (eutrofikasi) akibat pemupukan dan sisa pakan yang tidak terkonsumsi. Dampak selanjutnya adalah terjadinya ledakan pertumbuhan ganggang dan fitoplankton yang tidak dikehendaki, bahkan kadang kala dapat merugikan usaha budidaya yang dilakukan. Di samping itu pengelolaan yang keliru juga dapat memicu timbulnya penyakit yang bisa berakibat fatal pada ikan yang dibudidayakan.<br />
<br />
Lihat tulisan lain di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Daftar Isi/Peta Situs</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-60660405245232450202015-09-15T00:19:00.002-07:002017-03-09T23:40:56.329-08:00Model dan Komoditas Perikanan Budidaya Laut<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan tempat budidaya yang dilakukan, <a href="http://peribudi.blogspot.com/" target="_blank">perikanan budidaya</a> laut dapat digolongkan menjadi budidaya perikanan di laut dan budidaya perikanan laut yang dilakukan di darat (pesisir). Budidaya perikanan yang dilangsungkan di laut digolongkan sebagai budidaya yang berbasis perairan (<i>water-base culture</i>) sedangkan budidaya laut yang berlokasi di darat merupakan budidaya perikanan yang berbasis daratan (<i>land-base culture</i>). Budidaya perikanan di laut contohnya budidaya karamba jaring apung sedangkan budidaya perikanan laut yang dilakukan di darat adalah budidaya ikan laut di kolam beton dan tambak. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Usaha pertambakan merupakan bentuk yang paling dikenal, karena telah dilakukan dan dikembangkan sejak lama, baik secara tradisional maupun dengan cara-cara modern. Demikian pula usaha budidaya dalam kolam-kolam beton terutama untuk kepentingan pembenihan (<i>hatchery</i>). Baru kemudian muncul pengembangan budidaya karamba jaring apung di laut, misalnya untuk mengembangkan budidaya kerapu, beronang dan kakap putih.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Model-model tersebut terus berkembang, dan kini muncul pula konsep sea farming, budidaya laut terpadu yang menggabungkan beberapa sistem budidaya di atas, seperti yang dikembangkan di Kepulauan Seribu. Di antaranya meliputi:<br />
<br />
<ul>
<li>(a) pembenihan (<i>hatchery</i>), </li>
<li>(b) tambak laut (<i>enclosure</i>), </li>
<li>(c) <i>pen culture</i>, </li>
<li>(d) tambang apung (<i>longline), </i></li>
<li>(e) jaring-karamba laut (<i>cage culture)</i>, </li>
<li>(f) <i>sea ranching</i> di paparan terumbu. </li>
</ul>
<br />
Konsep <i>sea farming</i> didasarkan atas gagasan bahwa pemanenan ikan (dan biota laut lainnya) hanya dapat lestari apabila diimbangi dengan upaya <i>restocking</i>, yakni penyediaan dan pelepasan benih ke lokasi <i>sea ranching</i>. Jadi konsep ini terutama akan mengandalkan kondisi habitat perairan laut mulai dari garis pantai hingga terumbu karang. Pembenihan yang dilakukan terutama untuk mendukung <a href="http://peribudi.blogspot.co.id/2011/11/pengembangan-perikanan-budidaya.html" target="_blank">pengembangan budidaya kelautan </a>dan <i>restocking</i>.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Beberapa contoh komoditas yang menjadi unggulan dalam budidaya laut terpadu adalah sebagai berikut:
<br />
<ul>
<li>Ikan-ikan karang, seperti berbagai jenis kerapu (kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur dll), beronang, napoleon, kobia, kakap putih kakap merah dan bandeng.</li>
<li>Krustasea, seperti udang windu, udang vannamei, lobster, rajungan dan kepiting bakau.</li>
<li>Moluska, seperti tiram mutiara, lola, kerang abalon, kerang hijau dan kerang darah.</li>
<li>Rumput laut</li>
</ul>
<div>
Belum ketemu yang anda cari? Coba lihat, mungkin ada di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Peta Situs/Daftar Isi</a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-19944707867666960702015-09-10T23:35:00.001-07:002017-03-09T23:35:30.046-08:00Pengapuran Tambak<div style="text-align: justify;">
Keasaman tanah merupakan masalah yang biasa muncul sehubungan dengan
turunnya hasil pertanian, termasuk juga pada negara-negara maju. Keasaman tanah dapat
terjadi dikarenakan kecepatan pelarutan yang tinggi, batuan induk yang tidak sesuai, dan beberapa hal yang jarang terjadi, seperti pengasaman kimia secara kontinu
seperti pembubuhan ammonium sulfat dalam jumlah besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada areal pertanian yang sangat asam ion H<sup>+</sup>tidak cukup tinggi dan terdapat penambahan konsentrasi Al<sup>3+</sup>yang sangat beracun pada pH rendah,
serta rendahnya tingkat pertukaran ion Ca<sup>2+</sup>. Masalah tersebut diatas
pada umumnya ditangani dengan cara pemberian kapur (pengapuran).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kondisi lahan yang asam tersebut juga bisa terjadi pada
lahan tambak, sehingga perlu juga dilakukan pengapuran pada lahan tambak tersebut. Pengapuran pada lahan tambak dilakukan pada dua tahap
yaitu tahap persiapan dan tahap pemeliharaan. Pengapuran yang baik pada saat persiapan akan
mempertahankan stabilitas tanah dan air media budidaya selama masa pemeliharaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pengapuran pada prinsipnya adalah memberikan logam
Ca dan Mg kedalam tanah dengan tujuan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ol>
<li>Menambah unsur hara tanah,</li>
<li>Memperbaiki DMA (Daya Menggabung Asam/Alkalinitas)</li>
<li>Menaikkan pH</li>
<li>Meningkatkan aktivitas Jasad
Renik</li>
<li>Memperbaiki struktur tanah.</li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pengapuran juga bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2014/07/plankton.html" target="_blank">plankton</a> baik fitoplankton maupun zooplankton serta kelekap atau
lumut yang merupkan pakan alami untuk udang dan ikan. Pengapuran tidak
ditujukan langsung sebagai pakan bagi ikan dan udang tetapi digunakan untuk
merangsang pertumbuhan pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan alami
bagi ikan dan udang. Dengan meningkatnya pakan alami yang ada di perairan tambak maka secara tidak langsung akan turut meningkatkan produktifitas tambak atau meningkatkan jumlah atau produksi ikan atau udang yang dihasilkan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Adapun jenis kapur yang bisa digunakan yaitu:
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<ul>
<li>Kapur pertanian/Kaptan,<i>agricultural lime</i> (CaCO3).</li>
<li>Dolomit (CaMg(CO3)2)</li>
<li>Kapur Tohor, <i>quicklime</i>(CaO)</li>
<li>Kapur Silikat (CaSiO3)</li>
<li>Kapur Tembok (Ca(OH)2)</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kapur tersebut bisa dalam bentuk
cair (<i>liquid lime</i>), serbuk atau
padatan. Dosis kapur
yang biasa digunakan adalah 2000 – 3000 kg /ha tergantung juga
dengan keasaman lahan dan jenis kapur yang digunakan.<br />
<br />
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Peta Situs/Daftar Isi </a>untuk mengetahui tulisan lain yang ada di sini</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-84123417456562374882015-09-10T19:31:00.002-07:002017-03-06T21:19:09.868-08:00Potensi Perikanan Darat<div style="text-align: justify;">
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan <a href="http://peribudi.blogspot.co.id/2010/09/potensi-perikanan-indonesia.html" target="_blank">potensi perikanan</a>. Selain memiliki potensi
perikanan laut yang besar Indonesia juga memiliki potensi perikanan darat yang
cukup besar. Potensi perikanan darat (air tawar) dapat dibedakan atas potensi
perikanan pada perairan umum, seperti danau, waduk, sungai dan rawa dan potensi
perikanan kolam dan budidaya mina padi.
<br />
<br />
Potensi perikanan darat di Indonesia dapat dibagi menjadi potensi perikanan di perairan umum dan potensi budidaya perikanan di kolam atau tambak. Dari
perairan umum terutama diproduksi berbagai jenis ikan tangkapan dari alam, dan
baru beberapa dekade terakhir ini sebagian kecil telah dibudidayakan secara
komersial. Terutama dari
waduk-waduk dan sebagian danau di Jawa dan Sumatera dalam rupa budidaya
jaring-keramba apung untuk menghasilkan ikan-ikan mas (<i>Cyprinus</i>), nila (<i>Tilapia</i>)
dan belakangan juga patin (<i>Pangasius</i>). Budidaya perikanan di perairan umum
hampir sepenuhnya bergantung pada alam. Salah satu faktor penentu keberhasilan
budidaya perikanan di perairan umum adalah pengelolaan pemanfaatan perairan
tersebut dengan baik.<br />
<br />
Tidak seperti budidaya perikanan di laut, lahan untuk
budidaya perikanan di darat lebih terbatas.Sungai tak bisa dimanfaatkan untuk budidaya dalam skala
besar, yang paling banyak dilakukan adalah karamba sederhana .Apalagi tingkat pencemaran air sungai saat ini relatif
tinggi, jadi diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk meningkatkan kualitas
budidaya perikanan di sungai. Belum lagi jika pada musim hujan pada umumnya selalu terjadi peningkatan aliran air karena curah hujan yang tinggi dengan membawa serta lumpur dan sampah yang tentunya sangat menurunkan kualitas air di sungai.<br />
<br />
Danau dan waduk juga terbatas jumlahnya.
Sedangkan untuk membangun kolam-kolam perlu tambahan investasi untuk pengadaan
lahan dan biaya pembangunannya. Seperti halnya di bidang pertanian, peningkatan
budidaya perikanan secara intensifikasi lebih diharapkan daripada budidaya
perikanan dengan ekstensifikasi, mengingat keterbatasan lahan tadi.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping itu bisa juga diupayakan usaha tumpang sari misalnya ikan dan tanaman
seperti minapadi atau <a href="http://peribudi.blogspot.com/2017/02/cara-budidaya-ikan-yumina-ketika.html">budidaya yumina-bumina</a>, atau melakukan tumpang sari antara ikan dengan hewan ternak misalnya dengan ayam (dikenal
dengan kolong ayam/longyam).</div>
<br />
Lihat tulisan lain di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Peta Situs/Daftar Isi</a>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-58349049142304584742015-09-10T00:17:00.001-07:002017-03-06T21:06:41.241-08:00Pemilihan Pakan Ikan <div style="text-align: justify;">
Dalam sistem produksi, pakan
yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam usaha memproduksi ikan
yang sehat dan berkualitas tinggi. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya
produksi secara keseluruhan. Pakan ikan telah berkembang secara dramatis pada
tahun- tahun terakhir ini dengan perkembangan baru yaitu pakan komersial yang
seimbang dan merangsang ikan untuk tumbuh optimal dan sehat.Perkembangan spesies baru dalam budidaya juga
telah diimbangi dengan perkembangan industri pakan yang baru untuk mengimbangi
permintaan, untuk mendukung industri perikanan yang aman, sehat, dan
berkualitas tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pemilihan
pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus
dapat meingkatkan keuntungan. Jenis pakan ikan dapat berupa pakan alami dan
buatan. Pakan alami adalah pakan hidup bagi larva ikan atau ikan konsumsi.
Pakan alami dapat berasal dari jenis phytoplankton, zooplankton, invertebrata
mikroskopik atau benatang renik lainnya. Jenis pakan alami yang dapat dimakan oleh ikan
sangat bervariasi, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya.<br />
<br />
Benih ikan
yang baru belajar mencari makan, pertama-tama yang mereka makan umumnya
plankton (fitoplankton/zooplankton). Kemudian semakin bertambah besar ikannya,
makanannya pun mulai berubah pula. Pakan hidup mengandung banyak serat,
sehingga bagus untuk menjaga kesehatan pencernaan ikan. Pakan hidup juga dapat
membantu ikan untuk memasuki masa kawin dan merangsang masa kawin.<br />
<br />
Pakan alami biasanya berasal dari jenis
plankton, (fitoplankton maupun zooplankton). Dari jenis fitoplankton, misalnya
Diatom. Dari jenis zooplankton, misalnya Rotifera, Cladocera.Diatom
adalah ganggang (alga) suatu jasad renik yang termasuk dalam divisi
Thallophyta, subdivisi Algae, kelas Diatomae. Jenis alga kelompok Diatomae
banyak digunakan dalam usaha pembenihan udang. Hal ini disebabkan alga dari
kelompok ini mudah dibudidayakan dan mudah dicerna oleh larva udang. Mengapa
Diatomae mudah dicerna oleh larva udang? Karena kelompok Diatomae memiliki
dinding sel yang tipis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Rotifera
termasuk ke dalam kelompok zooplankton dalam filum Trochelminthes. Secara alami Rotifera memakan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari dirinya,
seperti ganggang renik, ragi, bakteri dan Protozoa. Cara mengambil makanan
dilakukan dengan menggerakkan buIu-buIu getar pada koronanya sehingga
menimbulkan arus air yang membawa serta makanannya tersebut ke dalam mulut. Dengan cara makan seperti itu rotifera sangat mudah dibuat sebagai kapsul hidup. Dengan memberikan makanan yang kaya dengan zat gizi, mak kandungan gizi rotifera juga akan dapat ditingkatkan dengan mudah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Daphnia (1000 - 5000 mikron) biasa dikenal dengan nama
kutu air termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas
Entomostraca, ordo Phylopoda, subordo Cladocera. Ciri khas kutu air ini adalah
bentuk tubuhnya yang gepeng dari samping ke samping. Dinding tubuh bagian
punggung membentuk suatu lipatan yang menutupi bagian tubuh, beserta
anggota-anggota tubuhnya pada kedua belah sisinya, sehingga nampak seperti
sebuah cangkang pada kerang-kerangan Mollusca.
Di atas bagian belakang cangkang tersebut membentuk sebuah kantong. Kantong ini
berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Artemia adalah udang-udangan primitif yang termasuk dalam
filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Branchiopoda, ordo Anostraca,
familia Artemiidae. Secara alami, cara makan adalah dengan menyaring
mangsanya , maka
diperlukan makanan dengan ukuran partikel khusus, yaitu yang berukuran lebih
kecil dari 60 mikron.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dipabrik dengan bahan-bahan yang siap pakai. Persiapan pakan buatanharus komplit dan suplemental.Pakan yang dianggap komplit harus dapat
menyediakan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan kesehatan ikan secara optimal. Beberapa pembudidaya ikan
menggunakan pakan komplit yang berisi protein yang dibutuhkan 18-50%; lemak
10-25%; karbohidrat 15-20%; abu kurang dari 8,5%, fosfor kurang dari 1.5%, air kurang dari 10%, dan sejumlah vitamin dan mineral. Jika ikan dipelihara dalam kepadatan tinggi
di dalam ruangan (indoor) atau karamba secara terkontrol tidak dapat dibiarkan
henya dengan pakan alami, melainkan harus meggunakan pakan buatan yang komplit. Sebaliknya pakan buatan yang
tidak komplit, diberikan hanya sebagai rangsangan untuk pertumbuhan pakan alami
(alga, insekta, dan ikan kecil) yang cocok untuk pemeliharaan ikan di
kolam.Pakan tambahan tidak berisi
komponen vitamin dan mineral, tetapi digunakan untuk memantu menyediakan
protein, karbohidrat, dan atau lemak secara alami.
<!--8-->
<!--8--><br />
<br />
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Daftar Isi/Peta Situs </a>untuk melihat artikel lain selengkapnya</div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-60915068959522613882014-07-17T19:07:00.001-07:002017-03-09T23:29:34.734-08:00Inovasi Teknologi Perikanan<div style="text-align: justify;">
<b>Definisi inovasi teknologi perikanan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inovasi
adalah suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek-praktek baru yang
belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian
besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan
atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan
masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh
warga masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teknologi
adalah kumpulan berbagai kemungkinan produksi, teknik, metode dan proses yang
dapat merubah sumber daya menjadi sesuatu yang lebih baik,
efisien dan efektif, guna memenuhi kebutuhan
manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi Inovasi
teknologi perikanan dapat didefenisikan sebagai kegiatan manusia yang timbul dari
sesuatu ide dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui dapat
mendorong terjadinya perubahan dalam kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya yang dilaksanakan
dalam suatu bisnis perikanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan
inovasi teknologi perikanan adalah agar dapat mengembangkan usaha perikanan menjadi lebih
efektif, efisien, ekonomis, berdaya saing tinggi, ramah lingkungan dan
menghargai kearifan tradisi/budaya lokal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Strategi yang dilakukan
dalam pengembangan teknologi perikanan adalah dengan melakukan hal-hal berikut :</div>
<ul>
<li>Penelitian dan pengembangan yang dilakukan dengan
menyempurnakan teknologi yang telah ada untuk menghasilkan teknologi baru
sesuai sumberdaya dan kemampuan setempat.</li>
<li>Penelitian dan pengembangan untuk memilih, merencanakan,
menerapkan dan menyempurnakan teknologi impor.</li>
<li>Penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi
yang super efisien,</li>
<li>Inovasi teknologi yang mengarah pada eksplorasi
jenis-jenis komoditas ekonomis/unggulan yang potensial (<i>resources based
strategy</i>) serta penerapan pengelolaan usaha yang makin efisien dan menekan
risiko.</li>
<li>Inovasi teknologi kembali ke masa depan (<i>back to the
future</i>)yaitu mempelajari/menganalisa
kesalahan-kesalahan/kekurangan-kekurangan yang telah kita lakukan di masa lalu
(<i>back</i>) untuk dijadikan panduan perbaikan di masa datang (<i>to the
future</i>).</li>
<li>Inovasi teknologi ramah lingkungan yaitu teknologi yang
tidak mencemari lingkungan dan tidak berbahaya bagi makhluk hidup, disebut juga
teknologi yang bersahabat dengan lingkungan. </li>
<li>Inovasi teknologi yang efektif, efisien, ekonomis, biaya rendah
(<i>low cost technology</i>) mampu dan berdaya saing tinggi di pasar global.</li>
</ul>
<div>
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a> selengkapnya</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-41010457531600029142014-07-16T18:57:00.000-07:002017-03-09T23:27:58.485-08:00Budidaya Rumput Laut<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;">Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan di Indonesia. Rumput
laut yang telah menjadi komoditas <a href="http://peribudi.blogspot.com/" target="_blank">budidaya</a> ada 2 jenis, yaitu <i>Gracilaria</i> spp
dan <i>Eucheuma</i> spp. Dalam upaya meningkatkan kontribusi rumput laut terhadap
pembangunan nasional maka pemerintah menetapkan strategi sebagai berikut :</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">1. Pengembangan secara bertahap di daerah
potensial</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">2. Penyediaan bibit yang cukup dan berkualitas</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">3. Pembinaan yang intensif</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">4. Pendekatan sistem bisnis perikanan</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">Budidaya rumput laut merupakan salah satu budidaya perikanan yang diharapkan sebagai andalan dan memberi kontribusi yang besar bagi peningkatan produksi bidang perikanan Indonesia. Selama ini metode yang digunakan untuk budidaya
rumput laut ada 3 macam, yaitu:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><span class="apple-style-span"> </span><br />
<span class="apple-style-span">1. Metode lepas dasar dengan menggunakan
patok-patok kayu</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">2. Metode rakit dengan menggunakan kerangka bambu</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">3. Metode tali rentang dengan menggunakan tali dan
pelampung</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">Untuk budidaya dengan metode tali dan pelampung, dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana yaitu dengan menggunakan botol air mineral bekas ukuran 600 dan
1500 ml. Penggunaan botol bekas ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain
:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">1. Murah dan mudah didapat</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">2. Memanfaatkan limbah</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">3. Aman, tidak ada yang mencuri, karena harganya murah</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">Dalam teknik budidaya rumput laut, yang harus
diperhatikan adalah tempat rumput laut mengapung tidak boleh tepat di permukaan
air, melainkan harus berada pada kedalaman 10 – 15 cm di bawah permukaan air.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian selama masa pemeliharaan rumput laut
adalah menjaga kebersihan rumput laut dari lumpur dan kotoran.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">Salah satu faktor penting untuk menunjang
keberhasilan budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut adalah faktor
resiko, faktor pencapaian dan faktor ekologis.</span><span class="apple-converted-space"> Pemilihan lokasi budidaya tersebut harus dilakukan secara tepat dengan mempertimbangkan karakter laut yang akan digunakan sebagai lokasi budidaya. Misalnya saja lokasi di sekitar pelabuhan tentunya tidak bias digunakan sebagai lokasi budidaya karena akan menggangu dan terganggu oleh aktifitas pelabuhan</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><br />
<span class="apple-style-span">Dalam budidaya rumput laut, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama pertumbuhan rumput laut yaitu
membersihkan lmpur dan kotoran yang melekat pada rumput laut, menyulam tanaman
yang rusak atau lepas dari ikatan, mengganti tali, dan pelampung yang rusak,
serta menjaga tanaman dari serangan predator, seperi ikan dan penyu.</span><span class="apple-converted-space"> </span></span><br />
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><span class="apple-converted-space"><br /></span></span>
<span style="color: black; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><span class="apple-converted-space"><a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-65441376610018312062014-07-15T18:34:00.000-07:002017-03-09T23:19:37.401-08:00Plankton<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black;">Kata plankton pertama kali digunakan
oleh Hensen pada tahun 1887. Dalam bidang perikanan, yang dimaksud plankton adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak
sedikit, dan selalu mengikuti arus</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="color: black;"> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
<span class="apple-style-span">Banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian daur
hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tahap larva. Plankton kelompok ini
disebut meroplankton karena setelah tahap dewasa berubah menjadi bentos atau
berenang bebas sebagai nekton. Plankton yang sepanjang hidupnya tetap sebagai
plankton disebut kelompok Holoplankton.</span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span"> </span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">Plankton dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:</span><span class="apple-converted-space"> </span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">1. <b>Fitoplankton</b> (plankton nabati)</span><br />
<span class="apple-style-span"></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span">Fitoplankton adalah golongan plankton yang masuk dalam kelompok tumbuhan. Fitoplankton mempunyai klorofil (zat hijau daun) di dalam tubuhnya.</span><span class="apple-converted-space"> </span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span">Karakteristik Fitoplankton, antara lain :</span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<ul>
<li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Membentuk sejumlah besar biomassa di laut tetapi
yang termasuk fitoplankton hanya terdiri dari beberapa filum saja.</span></span></span></span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Sebagian besar bersel satu dan mikroskopik yaitu
termasuk filum Chrysophyta (alga kuning-hijau) meliputi diatom dan kokolitofor</span></span></span></span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span" style="font-family: inherit;">Terdapat beberapa jenis alga biru-hijau
(Cyanophita), alga coklat (Phaeophyta) dan Dinoflagellata (Pyrophyta).</span><span class="apple-converted-space" style="font-family: inherit;"> </span></span></span></span></span></span></span></span></li>
</ul>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
</span></span></span></span><br />
<span class="apple-style-span">2. <b>Zooplankton</b></span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span"></span></span></span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span"><br /></span></span></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><span class="apple-style-span">Zooplankton adalah plankton yang termasuk dalam kelompok hewan atau binatang. Zooplankton tidak
mempunyai klorofil (zat hijau daun) di dalam tubuhnya. Sebagaimana hewan-hewan
lain, zooplankton juga tidak dapat melakukan fotosintesis atau membuat
makanannya sendiri.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />
<span class="apple-style-span">Karakteristik Zooplankton, antara lain :</span></span></span></span><br />
<ul><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
<li>Jumlah jenis dan kepadatannya lebih rendah bila
dibandingkan dengan fitoplankton.</li>
<li>Ukuran sangat beragam, dari yang sangat renik
sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm.</li>
<li><span class="apple-style-span" style="font-family: inherit;">Sebagian hidup sebagai meroplankton dan sebagian
hidupnya dalam bentuk plankton.</span><span class="apple-converted-space" style="font-family: inherit;"> </span></li>
</span></span></span></ul>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
<br />
<span class="apple-style-span">Plankton, jika dikelompokan berdasarkan ukuran, adalah sebagai
berikut:</span><span class="apple-converted-space"> </span></span></span></span><br />
<ol><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
<li>Makroplankton, ukurannya 200-2000 mikron</li>
<li>Mikroplankton, ukurannya 20-200 mikron</li>
<li>Nanoplankton, ukurannya 2-20 mikron</li>
<li>Ultra nannoplankton, ukurannya kurang dari 2
mikron.</li>
</span></span></span></ol>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">
</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Pada perairan bebas terkadang terjadi <i>blooming plankton</i> yang dapat berakibat kurang baik bagi organisme
perairan. Beberapa jenis plankton ada yang bersifat toxic dan jika terdapat
dalam kepadatan tinggi dapat menyebabkan kematian ikan. Kondisi ini disebut
juga sebagai <i>red tide </i>atau <i>Harmful algal blooms (HABs)</i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Blooming plankton juga dapat mengakibatkan turunnya kadar
oksigen terlarut (DO) dalam perairan hingga ke batas konsentrasi yang dapat
mengakibatkan kematian pada ikan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Selain itu blooming plankton juga dapat mengakibatkan
kerusakan insang pada ikan.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Peta Situs/Daftar Isi </a>untuk melihat tulisan - tulisan lainnya</span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-45615478649695399502011-11-14T18:23:00.000-08:002017-03-06T20:50:53.949-08:00Ikan Klon<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBCp26u7JtpHmwdxdpHAD7SUd_UNvrbPuQUr3kNISgrbky9Eb5pnCMUYLipif5hGp9KT7NrxFJ0OLyJlEvY4hr3OpJ0tpvJW02wEyOK8fI29jaRx2c2JCNka3rmC3gLXkZToYlnz61trOF/s1600/Ikan+klon+jantan+dan+betina.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Gambar ikan klon" border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBCp26u7JtpHmwdxdpHAD7SUd_UNvrbPuQUr3kNISgrbky9Eb5pnCMUYLipif5hGp9KT7NrxFJ0OLyJlEvY4hr3OpJ0tpvJW02wEyOK8fI29jaRx2c2JCNka3rmC3gLXkZToYlnz61trOF/s320/Ikan+klon+jantan+dan+betina.JPG" title="Ikan Klon" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar Ikan klon.<br />
Ikan klon betina memiliki ukuran yang lebih besar (atas),<br />
jika dibandingkan dengan ikan klon jantan (bawah). </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Ikan klon atau <i>clown fish</i> merupakan salah satu jenis ikan hias laut yang disukai banyak orang di dunia sebagai pengisi akuarium air laut. Ikan klon atau ikan badut sering juga disebut sebagai ikan klon biasa atau ikan nemo yang diambil dari nama tokoh dalam sebuah film. Dalam literatur berbahasa Inggris diantaranya disebut sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">common clownfish</i> atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">false-clown anemone fish</i>. Nama latin ikan klon adalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Amphiprion ocellaris</i> (Cuvier, (1830) dalam McGrouther, M. 2010). Ikan klon memiliki tubuh berwarna oranye/jingga dengan tiga belang/ban berwarna putih pada bagian kepala, badan dan pangkal ekornya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Ikan klon betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar jika dibandingkan dengan ikan klon jantan. Hal ini tidak terlepas dari sifat karakteristrik reproduksinya dimana ikan klon memiliki karakteristik reproduksi hermaprodit protandri. Hal ini berarti bahwa setiap individu ikan klon terlahir sebagai ikan jantan namun memiliki juga organ reproduksi betina yang belum berkembang. Seiring dengan pertambahan ukuran dan umurnya ikan jantan akan berubah menjadi ikan betina (Berends, B. 2007) .</span><span lang="IN" style="color: #222222; font-family: "arial"; font-size: 10pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="IN">Berikut adalah</span><span lang="IN" style="color: #222222; font-family: "arial"; font-size: 10pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="IN">taksonomi ikan clown:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Species : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ocellaris</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Genus : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Amphiprion</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Family : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pomacentridae</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Ordo : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Perciformes</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Sub class : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Actinopterygii</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
<span lang="IN">Class : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pisces</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Sub phylum : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Vertebrata</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Phylum : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Chordata</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;">
Kingdom : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Animalia</i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Menurut <span lang="IN">Soehartono(1985), pemijahan ikan klon di daerah tropis dapat terjadi sepanjang tahun, pemijahannya hanya berlangsung beberapa hari selama bulan terang. Sedangkan dalam pemeliharaan di akuarium diketahui bahwa ikan klon dapat memijah dengan frekuensi rata-rata sebanyak 2 kali dalam sebulan (Suarsana, 2010).</span><br />
<span lang="IN"><a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Peta Situs/Daftar Isi</a> untuk mengetahui tulisan lain di Peribudi</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN">Referensi:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">
<span lang="IN">Berends, B. 2007. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Amphiprion ocellaris. http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2007/berends_bets/Amphiprion ocellaris .htm</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">
<span lang="IN">McGrouther</span><span style="color: black;">, M. 2010. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Animal species: False-Clown Anemonefish, Amphiprion ocellaris (Cuvier,1830).</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;"> </i></span>http://australianmuseum.net.au/False-Clown-Anemonefish-Amphiprion-ocellaris-Cuvier-1830.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">
Suarsana, I K. 2010. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Teknik Pemeliharaan dan Pemijahan Ikan Clown (Amphiprion Ocellaris). </i><span lang="SV">Prosiding Pertemuan Teknis Teknisi Litkayasa Kementerian Kelautan dan Perikanan (131-134). Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">
<span lang="IN">Soehartono, L. 1985<span style="color: blue;">.</span><span style="color: black;"> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Akuarium air laut</i>. C.V Fajar Abadi. Jakarta.</span></span><span lang="SV"></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-6054569275727240432011-11-13T19:52:00.000-08:002017-03-06T20:33:02.907-08:00Pengembangan Perikanan Budidaya<div style="text-align: justify;">
Sebagai Negara kepulauan Indonesia memang memiliki potensi
perikanan tangkap yang cukup besar. Akan tetapi sektor perikanan budidaya harus tetap dikembangkan. Usaha budidaya perikanan
diperlukan karena:<br />
<ol>
<li>Kebutuhan akan hasil perikanan sangat tinggi, baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan. Jika
dikembangkan dengan baik budidaya perikanan bisa menjadi alternatif pemenuhan
pangan masyarakat dan juga sebagai sumber penghasilan. Peningkatan jumlah penduduk tentunya juga akan meningkatakan kebutuhan akan produk perikanan terlebih lagi dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan kelebihan dari produk perikanan bagi kesehatan.</li>
<li>Potensi lahan Yang cukup besar yang bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan budidaya perikanan. Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar, baik itu budidaya perikanan darat atau budidaya perairan tawar, budidaya perairan payau maupun budidaya perikanan laut atau budidaya perairan asin. Segenap potensi yang dimiliki tersebut tentunya harus bisa dimanfaatkan secara optimal.</li>
<li>Usaha penangkapan memiliki hambatan yang cukup besar karena
penurunan stok ikan di alam juga karena adanya kenaikan biaya sebagai akibat
dari naiknya harga BBM. Usaha budidaya justru memiliki kelebihan seperti; hasil
panen dan komoditas yang bisa diatur, juga bisa dilakukan secara terpadu dengan
kegiatan lain seperti mina padi,<a href="http://peribudi.blogspot.com/2017/02/cara-budidaya-ikan-yumina-ketika.html"> budidaya sistem yumina</a> dll.</li>
<li>Penangkapan ikan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan akan
ikan akan mengakibatkan terjadinya <i>”over fishing</i>” yang berimbas pada
penurunan populasi ikan, sehingga hasil tangkapan ikan akan terus
berkurang. Penangkapan ikan secara terus menerus juga dihawatirkan akan mengakibatkan beberapa spesies tertentu akan mengalami
kepunahan. Untuk itu pengembangan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2011/11/pengertian-budidaya-perikananbudidaya.html" target="_blank">perikanan budidaya</a> merupakan
salah satu strategi yang bisa ditempuh ditempuh dalam pembangunan
perikanan nasional karena perikanan budidaya dapat dijadikan sebagai
andalan produksi di masa depan untuk menggantikan peran perikanan
tangkap. Hal ini sesuai dengan perkembangan produksi perikanan tangkap
dunia yang menurut De Silva (2000) cenderung stagnan bahkan menurun,
sebaliknya perolehan dari perikanan budidaya cenderung meningkat.</li>
</ol>
<br />
Untuk mengembangkan perikanan budidaya ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, yaitu:<br />
<br />
<ul>
<li>Faktor sumber daya alam,
seperti status dan letak tanah, ketersediaan air, kemiringan dll. Budidaya perikanan tidak mungkin atau akan sangat sulit jika dilakukan di tempat yang jauh dari sumber air. Baik itu sumber air tawar untuk perikanan darat maupun sumber air asin untuk perikanan laut. </li>
<li>Faktor biologi, misalnya
benih ikan. Ketersediaan bibit ataupun indukan untuk menghasilkan bibit juga mesti diperhatikan. Usaha pembesaran ikan akan terganggu jika benih yang akan digunakan ketersediaannya sangat tidak menentu. Selain itu juga diperlukan pengenalan jenis jenis ikan yang ekonomis untuk dibudidayakan.</li>
<li>Faktor Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, misalnya teknik pembuatan pakan, penanggulangan penyakit dll.Ilmu pengetahuan dan teknologi juga memegang peranan yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Untuk itu diperlukan kerjasama yang harmonis antara petani pembudidaya dengan lembaga penelitian di bidang perikanan dalam hal inovasi teknologi yang mampu memberikan peningkatan kualitas dan kuantitas produk budidaya perikanan yang dihasilkan. </li>
<li>Faktor sosial ekonomi
dan budaya, misalnya kesukaan masyarakat akan spesies ikan tertentu, dampak
atau adanya perubahan lingkungan karena adanya usaha budidaya. Masyarakat di beberapa daerah yang berbeda mungkin akan memiliki selera yang berbeda terhadap jenis ikan tertentu. Untuk itu pengembangan perikanan budidaya di suatu daerah harus juga mempertimbangkan faktor tersebut agar produk perikanan budidaya yang dihasilkan dapat diterima pasar.</li>
</ul>
Diantara faktor-faktor
tersebut faktor sumber daya alam merupakan faktor yang terpenting dalam
menentukan apakah di suatu tempat bisa dibuka suatu usaha budidaya perikanan
atau tidak. Karena bagaimanapun faktor sumber daya alam seperti ketersediaan atau kedekatan dengan sumber air akan sangat menentukan dalam melakukan pengembangan budidaya perikanan di suatu tempat.<br />
<br />
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Daftar Isi/Peta Situs</a> untuk mengetahui artikel lain yang ada di sini<br />
<br />
Referensi
<br />
De Silva, S.S. (2000). <i>A Global Perspective of Aquaculture in The New Millenium</i>. International Conference on Aquaculture in The Third Millenium (Book of Synopsis), 20-25 February, 2000 Bangkok, Thailand.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-28488614644024100452011-11-09T21:13:00.000-08:002017-03-09T23:16:54.462-08:00Pengertian Budidaya Perikanan/Budidaya Perairan/Akuakultur<div style="text-align: justify;">
Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air.<br />
<br />
Dilihat dari asal katanya, istilah akuakultur diambil dari istilah dalam Bahasa Inggris yaitu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aquaculture.</i> Terdapat beberapa definisi akuakultur seperti dikemukakan dalam beberapa sumber, dan berikut ini adalah definisi akuakultur menurut beberapa ahli:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran(Wheaton, 1977).</li>
<li>Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).</li>
<li>Akuakultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan konsumsi manusia (Webster’s Dictionary, 1990).</li>
</ul>
</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan kata penyusunnya budidaya perikanan tentunya tersusun dari dua kata yakni budidaya dan perikanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia <b>Budidaya adalah</b> usaha yang bermanfaat dan memberikan hasil, Sedangkan <b>perikanan adalah</b> segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan dan pembudidayaan ikan. <b>Jadi budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan ikan guna mendapatkan manfaat atau hasil.</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang telah dikemukakan di atas, dalam bidang perikanan pada umumnya ikan didefinisikan secara luas tidak hanya merujuk pada binatang air yang bersisik dan bernafas dengan insang, akan tetapi juga menyangkut segala organisme yang hidup di air seperti udang , kerang, hingga tanaman air.<br />
<br />
Manfaat atau hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan ikan juga bisa berupa produksi ikan yang bisa dijual, atau bisa juga untuk keperluan konsumsi sendiri. Disamping itu kegiatan budidaya perikanan juga bisa memberikan manfaat secara psikologis sebagai penyaluran hobi atau untuk hiburan, misalnya pada budidaya ikan hias.</div>
<ul>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat Peta situs/daftar isi perikanan budidaya</a> untuk mengetahui tulisan lain yang ada di sini<br />
Sumber:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">
Bardach, J.E., Ryther, J.H., and W.L.Mc. Larney. (1972). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aquaculture . </i>Birmingham, Alabama: Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University</div>
<div class="MsoNormal">
Wheaton, F.W. (1977). <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aquacultural Engineering. </i>New York: John Willey& Sons.</div>
<div class="MsoNormal">
Webster’s New World Dictionary. (1990). College ed. New York: The World Publ. Co.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-6756512610680109692010-10-18T21:45:00.000-07:002017-03-01T18:25:32.175-08:00Keuntungan Dan Kelemahan Penggunaan Pakan Alami Dan Pakan Buatan Dalam Budidaya Perikanan<div style="text-align: justify;">
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi Pakan dapat digolongkan menjadi pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan hidup bagi larva ikan atau ikan konsumsi. Jenis pakan alami yang dimakan oleh ikan sangat bervariasi tergantung jenis ikan dan ukurannya. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dipabrik dengan bahan-bahan yang siap pakai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan pakan yang sesuai akan mampu meningkatkan produktifitas dan keuntungan dalam budidaya perikanan serta mengurangi buangan ataupun dampak yang bisa ditimbulkan bagi lingkungan budidaya. Untuk dapat menentukan jenis pakan yang tepat perlu diketahui juga keuntungan dan kelemahan tiap jenis pakan yang akan digunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN PAKAN ALAMI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Keuntungan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pakan alami dapat berasal dari jenis phytoplankton, zooplankton, invertebrata mikroskopik atau benatang renik lainnya. Pakan hidup mengandung banyak serat, sehingga bagus untuk menjaga kesehatan pencernaan ikan. <br />
Pakan hidup juga dapat membantu ikan untuk memasuki masa kawin dan merangsang masa kawin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pakan alami umumnya juga mudah dicerna. Misalnya jenis alga kelompok diatomae yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan udang. Diatomae mudah dicerna oleh larva udang karena kelompok Diatomae memiliki dinding sel yang tipis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa jenis alga juga mudah dibudidayakan dan hanya memerlukan sedikit biaya produksi. Misalnya chaetoceros sp, clorella sp atau nanochloropsis oculata dari jenis fitoplankton dan rotifera atau daphnia dari jenis zooplankton. Oleh karena itu pakan alami bisa diproduksi sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan pakan alami juga memungkinkan pemberian pakan yang lebih sedikit karena pakan alami dapat tumbuh dan berkembang dalam media budidaya. Selain itu pakan alami juga tidak menyebabkan penurunan kualitas air dan lingkungan budidaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Kelemahan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Beberapa jenis pakan alami, terutama dalam kegiatan perbenihan memerlukan penanganan lebih banyak dalam hal pemeliharaan atau perawatannya. Pakan alami jenis fitoplankton memerlukan pemupukan gar bisa tumbuh sedangkan pakan alami dari golongan zooplankton untuk bisa tumbuh memerlukan pakan yang umumnya berasal dari golongan fitoplankton.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan pakan alami memerlukan waktu yang lebih lama karena
untuk bisa menghasilkan pakan alami dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan memerlukan tenaga dan waktu untuk menumbuhkannya. Disamping itu, karena berupa makhluk hidup, pakan alami terkadang juga bisa mengalami kematian, sehinggaakan mengganggu kegiatan budidaya yang dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN PAKAN BUATAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Keuntungan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan pakan alami, pakan buatan tidak memerlukan pemeliharaan. Pakan buatan yang diproduksi di pabrik dapat dibeli ketika diperlukan. Oleh karena tidak memerlukan pemeliharaan atau pun penumbuhan maka pekerjaan budidaya akan menjadi lebih ringan,waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hemat tenaga kerja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pakan buatan yang diproduksi di pabrik juga memiliki ukuran dan kandungan nutrisi yang beragam sehingga ukuran pakan dan kandungan nutrisinya bisa disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kelemahan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pakan buatan memerlukan lebih banyak biaya untuk pembeliannya, Kalaupun bisa diproduksi sendiri tentunya juga memerlukan biaya untuk bahan dan ongkos produksinya.
Oleh karena tidak biasa terdapat di alam, Pakan buatan terkadang juga memerlukan adaptasi agar mau dimakan oleh ikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian pakan buatan memerlukan manajemen pemberian pakan yang baik agar agar tidak berlebihan sehingga pemberian pakan menjadi lebih efisien.
Sisa pakan buatan yang tidak termakan oleh ikan bisa menurunkan kualitas air pemeliharaan. Sisa pakan buatan yang terlalu banyak juga mengakibatkan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan budidaya yang pada gilirannya juga akan mengakibatkan penurunan produksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KESIMPULAN</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap jenis pakan baik pakan alami maupun pakan buatan memiliki keuntungan dan kelemahan. Penggunaan jenis pakan bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan sarana produksi yang dimiliki. Kombinasi penggunaan dari keduanya juga di mungkinkan guna mencapai tingkat produksi yang paling optimum.
<br />
<br />
Ingin mengetahui tulisan lain yang ada di sini? <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">Lihat daftar isi/peta situs perikanan budidaya</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-40378122207846783102010-10-18T21:37:00.000-07:002017-03-09T23:14:24.476-08:00Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis) Dengan Perbedaan Frekuensi Pemberian Minyak IkanBerikut ini adalah tulisan yang dimuat di Buletin teknik litkayasa akuakultur, volume 8 nomor 2 tahun 2009, (105-108). <br />
<br />
PEMELIHARAAN LARVA KERAPU BEBEK (<i>Cromileptes Altivelis</i>) DENGAN PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN MINYAK IKAN<br />
<br />
Oleh : <a href="http://www.facebook.com/pages/Suarsana/172883286419">I Komang Suarsana</a><br />
<br />
ABSTRAK<br />
<div style="text-align: justify;">
Percobaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi penggunaan minyak ikan yang optimal pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang dipelihara. Pemeliharaan larva dilakukan dengan menggunakan bak fiber dengan volume 200L. Masing–masing bak diisi dengan larva yang baru menetas (D1) dengan kepadatan 10 ekor/L. Mulai hari pertama (D1) pada permukaan air pemeliharaan diberi minyak ikan sebanyak 0,1 mL/m2, dengan frekuensi yang berbeda, yaitu : A) 1 kali, B) 2 kali, C) 3 kali, D) 4 kali, dan E) tanpa minyak. Masing–masing dilakukan dengan 3 kali ulangan. Minyak diberikan hingga larva berumur 6 hari, pemeliharaan dilakukan hingga berumur 15 hari. Hasil pemeliharaan menunjukkan bahwa pertumbuhan larva pada tiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sedangkan pertumbuhan panjang larva (TL) pada masing-masing perlakuan berturut-turut adalah; (A) 1,52mm, (B) 2 mm, (C) 1,69 mm, (D) 1,62 mm dan (E)1,72 mm. Sintasan larva menunjukkan perbedaan yaitu ; (A) 25%, (B) 24.5%, (C) 34.5% dan (D) 29.1% lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan E yaitu 8%. Perlakuan C memiliki sintasan yang paling tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<b>KATA KUNCI : kerapu bebek, larva, minyak ikan</b><br />
<b><br /></b>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan di atas merupakan hasil percobaan pemeliharaan larva ikan kerapu bebek (<i>Cromileptes altivelis) </i>yang dipelihara dengan diberi perlakuan yaitu diberikan minyak ikan pada permukaan media pemeliharaan larvanya dengan frekuensi yang berbeda beda. Tujuannya tentu saja untuk mengetahui frekuensi pemberian minyak ikan yang memberikan hasil yang lebih baik terhadap angka kelulusan hidup atau sintasan larva yang diperoleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang bisa dibaca pada abstrak tulisan yang ada di atas, larva yang dipelihara tanpa pemberian minyak memiliki angka kelulusan hidup yang paling kecil dan angka kelulusan hidup atau survival rate paling tinggi didapatkan dari perlakuan dengan frekuensi pemberian minyak ikan sebanyak tiga kali sehari. Dari hasil tersebut kita bias menyimpulkan bahwa</div>
<b><br /></b>
Lihat <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">daftar isi/peta situs perikanan budidaya</a> untuk mengetahui artikel artikel yang lainUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-70199157682273256862010-09-21T22:27:00.000-07:002017-03-09T22:52:52.437-08:00Partner Budidaya<div style="text-align: justify;">
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar karena memiliki perairan yang sangat luas, baik perairan umum air tawar maupun perairan berair asin di laut terbuka. Di samping itu Indonesia juga memiliki potensi perikanan budidaya yang sangat besar, dengan beragam spesies ikan air tawar maupun laut yang potensial untuk dibudidayakan di Indonesia. Akan tetapi hingga saat ini potensi yang dimiliki tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Ini bias dilihat dari produksi perikanan Indonesia ang masih ada di bawah Negara yang notabene potensi perikanannya jauh di bawah Indonesia. Contohnya produk ekspor ikan hias Indonesia justru lebih kecil dari Singapura yang luas wilayahnya sangat jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Negara Indonesia.<br />
<br />
Pengembangan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2017/03/perikanan-budidaya-di-indonesia.html">perikanan budidaya di Indonesia</a> masih sangat lambat jika dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan negara yang potensi budidaya perikanannya lebih kecil dari potensi perikanan budidaya yang dimiliki Indonesia. Untuk itu diperlukan perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan budidaya perikanan di Indonesia.<br />
<br />
Dalam budidaya perikanan atau pertanian, pelaku budidaya dalam hal ini petani atau petani ikan/nelayan tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Di samping perhatian dari pemerintah dalam bentuk kemudahan dalam regulasi atau perijinan dan juga kemudahan dan akses pada teknologi budidaya yang baik, pembudidaya juga memerlukan partner atau mitra dalam bekerja. Mitra pembudidaya bisa saja dalam hal permodalan ataupun pensuplai kebutuhan budidaya yang dilaksanakan. Untuk itu pembudidaya diharapkan untuk proaktif menjaga keharmonisan hubungan dengan para partnernya demi kelancaran usaha yang dilaksanakan. Hal ini sebenarnya tidak hanya berlaku dalam usaha budidaya saja. Dalam setiap usaha atau bisnis hubungan baik dengan relasi bisnis atau mitra kerja akan turut memberi andil dalam mencapai keberhasilan usaha yang dijalankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, <a href="http://peribudi.blogspot.com/">Peribudi</a> juga ingin bisa menjadi partner atau mitra dalam berusaha meskipun hanya sekedar memberikan sedikit informasi yang diharapkan turut membantu para sahabat sekalian dalam mencapai keberhasilan. Apa yang ditulis dalam blog perikanan budidaya ini kiranya dapat nantinya membantu siapapun yang berniat untuk belajar tentang perikanan dan budidaya perikanan demi kemajuan perikanan dan kelautan Indonesia. Semoga.<br />
<br />
Tulisan tulisan lain dapat dilihat di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">daftar isi/peta situs perikanan budidaya</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-84838208824090418082010-09-18T19:29:00.000-07:002017-03-09T22:44:29.070-08:00Cacat / kelainan pada tulang belakang ikan<div style="text-align: justify;">
Cacat / kelainan tulang rangka paling sering dijumpai pada 2-6 vertebrae(ruas) tulang punggung. Skoliosis, kyphosis dan penggabungan dari beberapa vertebra sering diamati, tetapi jenis cacat yang paling banyak dijumpai adalah lordosis. Ikan yang cacat, tulang punggung menunjukkan bentuk V dengan banyak ataupun sedikit sudut.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada ikan yang tidak memiliki gelembung renang, cacat lordotic terutama berlokasi di vertebra 15 (dihitung dari ekor), sedangkan pada ikan yang memiliki gelembung renang cacat biasanya terjadi pada ruas ke 9. Otot-otot ikan biasanya berkembang sebagai akibat gerakan mekanis sirip saat berenang. Pada ikan dengan sirip abnormal cacat biasanya terjadi pada daerah tempat gelembung renang seharusnya berada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cacat tulang belakang dapat diamati dengan mikroskop pada ukuran larva sekitar 15-20 mm, yang sesuai dengan tahap di mana kalsifikasi tulang cukup maju. Untuk ikan yang lebih besar, untuk melihat kelainan pada tulang harus digunakan sinar-X.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Pada ikan tanpa swim bladder fungsional, cacat muncul 100% pada kedua jenis ikan.</li>
<li>Pada ikan yang memiliki swim bladder, cacat terjadi antara 0 sampai 100%.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pengaruh lordosis pada ikan juga bervariasi sesuai dengan lokasi cacat tersebut: </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Pada ikan ukuran 1 g (seabass) dengan gelembung renang fungsional, lordosis berkaitan dengan pertumbuhan yang lambat(tidak terukur), tetapi tampaknya tidak ada kematian yang disebabkan oleh cacat tersebut, Sudut bengkok nampak berkurang saat ikan tumbuh, meski tidak menghilang sepenuhnya.</li>
<li>Pada ikan tanpa gelembung renang fungsional, lordosis terkait dengan keterlambatan pertumbuhan dan kematian.Cacat bahkan cenderung ireversibel, dalam kasus inflasi akhir kantung udara (misalnya, antara 7 dan 54 gram dalam seabream gilthead).</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kedua kasus tersebut, kondisi lingkungan yang mendorong aktifitas renang ikan selama tahap pemeliharaan larva, yang mungkin disebabkan oleh sirkulasi air yang terlalu kuat, meningkatkan frekuensi lordosis. Pada ikan tanpa gelembung renang fungsional, kondisi ini juga meningkatkan sudut lordosis.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah review osteogenesis terkait dalam masalah ikan, Penyebab cacat pada tulang belakang ikan terutama disebabkan oleh kekurangan gizi atau oleh toksisitas beberapa unsur yang tertelan. Keduanya mempengaruhi tekstur tulang, terutama metabolisme kolagen, memodifikasi atau mengubah kalsium dan fiksasi fosfor. Contoh racun yang mendorong timbulnya cacat juga banyak, melibatkan logam berat dan pestisida, serta kelebihan dari beberapa metabolit atau vitamin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara kemungkinan penyebab cacat tulang belakang ikan seabass dan seabream gilthead, mekanisme yang melibatkan keracunan logam berat, gangguan lingkungan atau keterlibatan patogen harus dikecualikan karena terlalu banyak terkait dengan masalah lain yang sangat kompleks. Pada kenyataannya cacat rangka(tulang belakang) pada ikanterjadi pada banyak hatchery yang berbeda dan dalam kondisi pemeliharaan yang berbeda yang menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena beberapa keadaan yang bisa dibilang luar biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, harus ada faktor umum yang bekerja pada berbagai situasi dan kondisi lingkungan pemeliharaan. Kekurangan gizi tampaknya menjadi hipotesis yang lebih realistis karena teknik pemeliharaan (frekuensi pemberian pakan,jenis pakan, pakan alami, pakan buatan, dll) kurang lebih sama pada kebanyakan panti pembenihan. Dilihat lebih jauh, kekurangan vitamin C dan / atau kelebihan vitamin D yang beracun dapat menjadi hal yang paling mungkin. Vitamin C adalah salah satu agen utama dalam metabolisme kolagen, sebuah komponen penting dari jaringan tulang. Kekurangan vitamin C dengan mudah dapat dijelaskan karena kelarutan yang tinggi dalam air.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hipotesis dari hypervitaminosis D juga menarik karena memperhitungkan penampilan calculosis kemih. Vitamin ini hadir dalam jumlah besar di minyak ikan yang digunakan untuk memperkaya rotifera dan udang untuk larva ikan laut, serta di perut ikan dan komponen pakan buatan yang digunakan pada tahap pembibitan. Minyak hati ikan tuna, misalnya, dapat berisi sampai 200 000 IU vitamin D dan minyak ikan hingga 500 IU per gram (1 International Unit = 0,025 ug dari D2 vitamin sebagai bentuk kristal).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada manusia, bentuk non-aktif D3 ditransformasikan ke dalam bentuk aktif 25-1-hydroxycolecalcipherol di ginjal. Jika transformasi ini tidak terjadi karena alasan patologis apapun, kekurangan fungsional muncul, meskipun jika vitamin diasumsikan melimpah dalam makanan. Sayangnya, bentuk aktif dari vitamin D dalam ikan masih belum diketahui.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihat tulisan lain di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">daftar isi/peta situs blog perikanan budidaya</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5188151663287107734.post-57852596780659205282010-09-15T23:52:00.000-07:002017-03-05T22:08:36.817-08:00Beberapa kelainan yang dijumpai pada pemeliharaan larva.<div style="text-align: justify;">
Cacat atau kelainan pada ikan hasil budidaya tentunya merupakan suatu hal yang mesti dihindari pembudidaya. Ikan yang memiliki kelainan atau cacat meskipun tidak mengalami kematian akan tetapi akan mengalami kesulitan dalam pemasaran karena sangat jarang ada pembeli yang mau membelinya.<br />
<br />
Ada beberapa cacat atau kelainan yang dijumpai pada pemeliharaan larva ikan laut, terutama seabass dan sea bream, yang berkaitan erat dengan <a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/09/kinerja-morphologi-dan-anatomi.html">kinerja morphoanatomic dalam pemeliharaan larva</a>, diantaranya adalah: </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/09/urinary-calculosis-tanda-awal-rendahnya.html">adanya batu pada saluran kemih (urinary calculosis)</a></li>
<li><a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/09/perkembangan-gelembung-renang-swim.html">Gelembung renang (Swim bladder)yang tidak berkembang</a></li>
<li><a href="http://peribudi.blogspot.com/2010/09/cacat-kelainan-pada-tulang-belakang.html">Cacat / kelainan pada tulang belakang</a>,</li>
<li>Cacat pada larva yang baru menetas,</li>
<li>Cacat/kelainan pada bentuk rahang dan operculum insang</li>
</ul>
<b style="text-align: justify;">Cacat pada tulang ikan</b><span style="text-align: justify;">.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
Cacat pada tulang ikan yang paling umum mempengaruhi larva ikan seabass dan seabream, pada ikan stadia juvenil(yuwana) dan ikan dewasa biasanya terlihat pada rahang, insang, kepala dan tulang punggung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cacat pada larva yang baru menetas</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Sejumlah kelainan dapat pada larva ikan yang baru menetas, yang paling sering terlihat adalah tubuh larva yang terbentuk memutar. Larva ikan yang mengalami hal ini tidak akan bertahan lebih dari beberapa jam, atau paling bagus akan mati dalam beberapa hari. Kelainan ini dapat terjadi pada beberapa persen hingga keseluruhan populasi. Jika persentase cacat terjadi di atas 10% mungkin lebih baik membuang larva dan memulai dengan pemeliharaan larva yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Asal-usul genetik dari anomali tersebut tidak dapat dibuktikan, sekalipun dalam budidaya ikan dapat dilakukan perkawinan silang. Sebagian ahli percaya bahwa kemungkinan penyebabnya adalah kondisi pemeliharaan yang kurang baik, khususnya dalam kaitannya dengan: </div>
<div style="text-align: justify;">
• kekurangan gizi di induk selama ovogenesis (yang paling mungkin); </div>
<div style="text-align: justify;">
• pencahayaan yang tidak memadai selama inkubasi; </div>
<div style="text-align: justify;">
• kepadatan telur berlebihan (yang mengarah ke stres mekanik dan pasokan oksigen yang terbatas); </div>
<div style="text-align: justify;">
• penanganan, salinitas atau guncangan termal; </div>
<div style="text-align: justify;">
• polutan di lingkungan pemeliharaan; </div>
<div style="text-align: justify;">
• campuran dari penyebab yang disebutkan di atas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kelainan bentuk rahang dan opercula </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cacat dapat mempengaruhi baik rahang atas dan / atau mandibula, yang dapat berupa tidak lengkap atau menonjol.Sebuah operkulum atau keduanya dapat tidak muncul atau tidak lengkap, atau bahkan bengkok ke luar . Untuk ukuran larva 15-20 mm harus digunakan mikroskop untuk mendeteksinya. Untuk ukuran yang lebih besar dapat diamati secara visual. Rahang yang terdeformasi dapat diamati pada larva sejak menetas, sedangkan operkulum cacat tidak dapat dideteksi sebelum larva mencapai panjang 12 mm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihat tulisan menarik lainnya di <a href="http://peribudi.blogspot.com/p/peta-situs_26.html">daftar isi/peta situs blog perikanan budidaya</a></div>
<br />
Sumber:<br />
FAO,<i>Morphoanatomic and morphometric standards</i>, www.fao.org.Unknownnoreply@blogger.com0