9.18.2015

Rasio Konversi Pakan

Dalam budidaya ikan, prinsip dasar yang perlu diingat dalam melakukan pemberian pakan ikan yaitu ikan harus diberi makan yang tepat sesuai dengan kebutuhan makannya. Untuk itu petani dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menilai secara tepat berapa banyak pakan yang akan diberikan pada ikan yang dibudidayakan. Dalam hal ini metode yang digunakan yaitu dengan melakukan penghitungan rasio konversi pakan (Feed Convertion Ratio / FCR) atau efisiensi pakan (Feed Efficiency / FE). 

Penghitungan rasio konversi pakan (FCR) atau efisiensi pakan (FE) sangat penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pakan ikan yang sudah diberikan dapat meningkatkan produktivitas ikan budidaya. Selain itu, perhitungan ini juga berfungsi untuk menghindari pemborosan dalam pemberian pakan.

Rasio konversi pakan (FCR) dihitung dari jumlah kilogram pakan yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram ikan. Sedangkan efisiensi pakan (FE) merupakan persentase dari berat ikan yang dihasilkan dibandingkan dengan berat pakan yang diberikan. Semakin rendah nilai FCR (mendekati 1) berarti semakin baik manajemen pakan yang diberikan. Sedangkan untuk FE berlaku kebalikannya yaitu semakin tinggi nilai FE (mendekati 100%) berarti semakin baik atau semakin efisien pemberian pakan yang dilakukan. 

Sebagai contoh jika ikan diberi pakan sebanyak 10 kg dan kemudian menghasilkan ikan dengan bobot 5 kg, maka FCR-nya adalah 10/5 = 2. Efisiensi pakan (FE) merupakan kebalikan dan FCR. Dari contoh di atas, maka FE-nya adalah 5/10 = 50%. FE dengan nilai di atas 50% dianggap baik. Ikan tidak bisa memiliki efisiensi yang sempurna (FE= 100% atau FCR=1). Misalnya jika ikan diberi pakan 5 kg tidak akan menghasilkan 5 kg daging, karena ikan membutuhkan energi untuk metabolisme, pemanasan tubuh, proses pencernaan, respirasi, rangsang syaraf, keseimbangan garam, berenang, dan aktivitas hidup lainnya. FCR akan sangat tergantung oleh jenis, ukuran dan aktivitas ikan, parameter lingkungan, dan sistem budidaya yang diterapkan.

Untuk menghasilkan efisiensi pakan yang baik maka pembudidaya mesti melakukan manajemen pemberian pakan yang baik pula. Saat ini telah banyak beredar di pasaran alat atau mesin pemberian pakan yang bisa digunakan pembudidaya untuk melakukan monitoring dan mengatur pemberian pakan.

Lihat juga daftar isi/peta situs

9.17.2015

Dampak Pemupukan pada Kolam/Tambak

Pupuk merupakan bahan untuk meningkatkan konsentrasi nutrient tertentu dalam kolam/tambak. Dari segi bahan pembentuknya pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan bahan organik atau sisa-sisa organisme misalnya tepung bungkil biji kapas atau kotoran ayam. Pupuk anorganik adalah pupuk yang tidak terbuat dari bahan organik akan tetapi terbuat dari sintesa bahan - bahan kimia. Jenis pupuk ini misalnya NPK, TSP dan lain lain. 

Dari segi bentuknya pupuk ada yang berbentuk cair dan butiran (granular). Pupuk cair memiliki kelebihan yaitu lebih mudah terserap karena akan langsung larut sehingga dampaknya akan lebih cepat terasa dibanding dengan pupuk yang berbentuk butiran (granular). 

Pemupukan adalah pemberian atau penambahan nutrient tertentu pada media dengan menggunakan pupuk. Pemupukan pada kolam atau tambak hendaknya dilakukan dengan memperhatikan suhu dan musim. Hal ini disebabkan karena efisiensi pemupukan sangat tergantung pada lingkungan, ketersediaan cahaya dan ketersediaan air. Pemupukan dengan pupuk cair akan lebih mudah diaplikasikan karena bisa langsung digunakan. Jika pupuk yang digunakan berbentuk butiran maka pupuk mesti dilarutkan terlebih dahulu. Pemupukan akan memberikan dampak positif dalm pemeliharaan ikan di kolam/tambak. 

Pemberian pupuk pada kolam atau tambak budidaya ikan akan meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfor sehingga merangsang pertumbuhan plankton. Fitoplankton merupakan dasar dari rantai makanan di kolam/tambak yang merupakan pakan alami bagi ikan. Fitoplankton akan menjadi makanan bagi hewan mikroskopis (zooplankton) dan insekta yang merupakan makanan bagi ikan ikan kecil. Ikan ikan kecil akhirnya menjadi makanan ikan yang berukuran lebih besar. Ketersediaan fitoplankton akan membuat rantai makanan pada kolam tetap terjaga sehingga pakan bagi ikan yang dipelihara pada kolam atau tambak juga tetap tersedia. 

Keberadaan fitoplankton pada kolam/tambak juga akan menimbulkan kekeruhan pada air. Hal ini akan menghambat penetrasi sinar matahari ke dasar kolam sehingga bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan tanaman air yang mengganggu. Pada tahap awal pemeliharaan ikan, benih ikan akan sangat membutuhkan pakan alami pada tahap awal perkembangannya. Pemupukan pada kolam/tambak akan menyebabkan pakan bagi benih ikan yang masih kecil ini tetap tersedia sehingga akan memberi dampak positif bagi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih yang dipelihara. 

Pemupukan khususnya dengan pupuk anorganik juga bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bermanfaat dalam pencegahan timbulnya penyakit pada ikan. Pemupukan pada kolam atau tambak yang dilakukan secara tepat kemungkinan besar akan dapat meningkatkan produksi, 3-4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan tambak/kolam yang tidak dipupuk. 

Selain dampak positif tersebut, pemupukan juga memiliki dampak negatif jika dilakukan secara tidak tepat.. Untuk itu pemupukan harus dilakukan secara tepat, untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan. Pemupukan memerlukan biaya karena itu pemupukan yang tidak efisien hendaknya tidak dilakukan. Pemupukan tidak akan efisien jika dilakukan pada saat kolam dalam keadaan keruh karena untuk pertumbuhannya plankton memerlukan sinar matahari. Pada saat kolam sedang keruh maka sinar matahari tidak akan mampu menembus ke dalam kolam. Pemupukan juga tidak perlu dilakukan jika ikan yang ditebar dalam kepadatan rendah. Pemupukan pada saat tersebut hanya akan menambah biaya operasional saja.

Pemupukan memerlukan tenaga kerja dalam pelaksanannya. Jadi perlu dihindari pemupukan yang tidak efektif. Tenaga mungkin bisa dipakai untuk kegiatan lain yang lebih produktif. Pemupukan misalnya tidak perlu dilakukan pada pemeliharaan ikan lele. Ikan lele cukup diberi pakan tambahan saja. Pada kolam air deras juga tidak perlu dilakukan pemupukan karena pupuk akan segera hanyut terbawa arus.

Pemupukan bisa juga mengakibatkan pertumbuhan dari ikan ikan liar yang tidak diharapkan, karena justru menjadi kompetotor bagi ikan yang dibudidayakan. Pemupukan hendaknya tidak dilakukan pada saat kolam atau tambak sedang penuh dengan ikan ikan liar. Kolam atau tambak bisa dibersihkan terlebih dahulu dari ikan ikan liar, atau bisa dengan cara diracun. Pemupukan bisa juga mengakibatkan blooming algae atau ganggang. Untuk itu pemupukan hendaknya dilakukan dengan memperhatikan tingkat kecerahan dari kolam atau tambak.

Kesimpulannya pemupukan bisa memberi dampak positif bagi peningkatan produksi ikan di kolam atau tambak. Akan tetapi pemupukan harus dilakukan secara tepat sehingga dampak negatif pemupukan bisa dihindari.

Lihat daftar tulisan yang ada di sini di Peta Situs/Daftar Isi

9.15.2015

Tantangan Pengembangan Perikanan Budidaya di Indonesia

Meskipun negara kita memiliki potensi yang tinggi, yakni memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km, akan tetapi tidak semua sumberdaya lahan pantai yang ada tersebut cocok, bahkan cukup banyak yang sulit dikembangkan untuk budidaya perikanan. Di samping itu pengembangan perikanan budidaya juga sulit untuk dijalankan jika pantai di wilayah tersebut telah diperuntukkan sebagai kawasan wisata. Hal ini merupakan kendala lingkungan yang masih sering ditemui dalam pengembangan budidaya laut dan pesisir di Indonesia.

Seperti kita ketahui, masing-masing sistem budidaya memiliki batas-batas dan prasyarat tertentu untuk dapat dikembangkan. Kawasan pantai yang berlumpur akan kurang sesuai jika digunakan sebagai lokasi budidaya jenis jenis ikan karang misalnya. Demikian juga pantai yang berkarang kurang tepat untuk digunakan sebagai lokasi budidaya spesies yang memerlukan pantai berpasir misalnya teripang pasir.

Tantangan yang lain datang dari perubahan kualitas lingkungan, termasuk kualitas air, yang mempengaruhi produksi;  dan kehadiran bencana alam seperti banjir dan tsunami. Banyaknya sungai yang tercemar bahan buangan atau limbah industry maupun limbah rumah tangga turut menurunkan kapasitas pantai dimana sungai sungai tersebut bermuara sebagai lokasi budidaya. Demikian juga bencana seperti banjir yang membawa beragam sampah ke laut turut menurunkan kualitas air di laut.

Selain mempertimbangkan kesesuaian tempat, pengembangan budidaya pantai juga perlu memperhatikan daya dukung lahan/lingkungan.  Pengembangan usaha yang melampaui daya dukung lingkungan dapat memunculkan berbagai dampak dan permasalahan.  Daya dukung lahan pantai untuk pertambakan misalnya, ditentukan oleh mutu tanah, mutu air, sumber (asin dan tawar), hidrooseanografi (arus dan pasang surut), topografi dan klimatologi daerah pesisir dan wilayah tangkapan hujan di daerah hulu.

Masalah lain muncul dari kerusakan-kerusakan lingkungan lahan budidaya akibat pengelolaan yang keliru, pencemaran lingkungan atau bencana alam. Keluhan yang kerap muncul terkait dengan pengelolaan lahan budidaya yang sembarangan adalah meningkatnya kesuburan perairan secara berlebihan (eutrofikasi) akibat pemupukan dan sisa pakan yang tidak terkonsumsi.  Dampak selanjutnya adalah terjadinya ledakan pertumbuhan ganggang dan fitoplankton yang tidak dikehendaki, bahkan kadang kala dapat merugikan usaha budidaya yang dilakukan. Di samping itu pengelolaan yang keliru juga dapat memicu timbulnya penyakit yang bisa berakibat fatal pada ikan yang dibudidayakan.

Lihat tulisan lain di Daftar Isi/Peta Situs

Model dan Komoditas Perikanan Budidaya Laut

Berdasarkan tempat budidaya yang dilakukan, perikanan budidaya laut dapat digolongkan menjadi budidaya perikanan di laut dan budidaya perikanan laut yang dilakukan di darat (pesisir). Budidaya perikanan yang dilangsungkan di laut digolongkan sebagai budidaya yang berbasis perairan (water-base culture) sedangkan budidaya laut yang berlokasi di darat merupakan budidaya perikanan yang berbasis daratan (land-base culture). Budidaya perikanan di laut contohnya budidaya karamba jaring apung sedangkan budidaya perikanan laut yang dilakukan di darat adalah budidaya ikan laut di kolam beton dan tambak.

Usaha pertambakan merupakan bentuk yang paling dikenal, karena telah dilakukan dan dikembangkan sejak lama, baik secara tradisional maupun dengan cara-cara modern.  Demikian pula usaha budidaya dalam kolam-kolam beton terutama untuk kepentingan pembenihan (hatchery). Baru kemudian muncul pengembangan budidaya karamba jaring apung di laut, misalnya untuk mengembangkan budidaya kerapu, beronang dan kakap putih.

Model-model tersebut terus berkembang, dan kini muncul pula konsep sea farming, budidaya laut terpadu yang menggabungkan beberapa sistem budidaya di atas, seperti yang dikembangkan di Kepulauan Seribu.  Di antaranya meliputi:

  • (a) pembenihan (hatchery), 
  • (b) tambak laut (enclosure), 
  • (c) pen culture
  • (d) tambang apung (longline), 
  • (e) jaring-karamba laut (cage culture)
  • (f) sea ranching di paparan terumbu. 

Konsep sea farming didasarkan atas gagasan bahwa pemanenan ikan (dan biota laut lainnya) hanya dapat lestari apabila diimbangi dengan upaya restocking, yakni penyediaan dan pelepasan benih ke lokasi sea ranching. Jadi konsep ini terutama akan mengandalkan kondisi habitat perairan laut mulai dari garis pantai hingga terumbu karang. Pembenihan yang dilakukan terutama untuk mendukung pengembangan budidaya kelautan dan restocking.

Beberapa contoh komoditas yang menjadi unggulan dalam budidaya laut terpadu adalah sebagai berikut:
  • Ikan-ikan karang, seperti berbagai jenis kerapu (kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur dll), beronang, napoleon, kobia, kakap putih kakap merah dan bandeng.
  • Krustasea, seperti udang windu, udang vannamei, lobster, rajungan dan kepiting bakau.
  • Moluska, seperti tiram mutiara, lola, kerang abalon, kerang hijau dan kerang darah.
  • Rumput laut
Belum ketemu yang anda cari? Coba lihat, mungkin ada di Peta Situs/Daftar Isi

9.10.2015

Pengapuran Tambak

Keasaman tanah merupakan masalah yang biasa muncul sehubungan dengan turunnya hasil pertanian, termasuk juga pada negara-negara maju. Keasaman tanah dapat terjadi dikarenakan kecepatan pelarutan yang tinggi, batuan induk yang tidak sesuai, dan beberapa hal yang jarang terjadi, seperti pengasaman kimia secara kontinu seperti pembubuhan ammonium sulfat dalam jumlah besar.

Pada areal pertanian yang sangat asam ion H+tidak cukup tinggi dan terdapat penambahan konsentrasi Al3+yang sangat beracun pada pH rendah, serta rendahnya tingkat pertukaran ion Ca2+. Masalah tersebut diatas pada umumnya ditangani dengan cara pemberian kapur (pengapuran).

Kondisi lahan yang asam tersebut juga bisa terjadi pada lahan tambak, sehingga perlu juga dilakukan pengapuran pada lahan tambak tersebut. Pengapuran pada lahan tambak dilakukan pada dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pemeliharaan. Pengapuran yang baik pada saat persiapan akan mempertahankan stabilitas tanah dan air media budidaya selama masa pemeliharaan.

Pengapuran pada prinsipnya adalah memberikan logam Ca dan Mg kedalam tanah dengan tujuan:

  1. Menambah unsur hara tanah,
  2. Memperbaiki DMA (Daya Menggabung Asam/Alkalinitas)
  3. Menaikkan pH
  4. Meningkatkan aktivitas Jasad Renik
  5. Memperbaiki struktur tanah.

Pengapuran juga bertujuan untuk  meningkatkan pertumbuhan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton serta kelekap atau lumut yang merupkan pakan alami untuk udang dan ikan.  Pengapuran tidak ditujukan langsung sebagai pakan bagi ikan dan udang tetapi digunakan untuk merangsang pertumbuhan pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan dan udang. Dengan meningkatnya pakan alami yang ada di perairan tambak maka secara tidak langsung akan turut meningkatkan produktifitas tambak atau meningkatkan jumlah atau produksi ikan atau udang yang dihasilkan

Adapun jenis kapur yang bisa digunakan yaitu:

  • Kapur pertanian/Kaptan,agricultural lime (CaCO3).
  • Dolomit (CaMg(CO3)2)
  • Kapur Tohor, quicklime(CaO)
  • Kapur Silikat (CaSiO3)
  • Kapur Tembok (Ca(OH)2)
Kapur tersebut bisa dalam bentuk cair (liquid lime), serbuk atau padatan. Dosis kapur yang biasa digunakan adalah 2000 – 3000 kg /ha tergantung juga dengan keasaman lahan dan jenis kapur yang digunakan.

Lihat Peta Situs/Daftar Isi untuk mengetahui tulisan lain yang ada di sini

Potensi Perikanan Darat

Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki potensi perikanan laut yang besar Indonesia juga memiliki potensi perikanan darat yang cukup besar. Potensi perikanan darat (air tawar) dapat dibedakan atas potensi perikanan pada perairan umum, seperti danau, waduk, sungai dan rawa dan potensi perikanan kolam dan budidaya mina padi.

Potensi perikanan darat di Indonesia dapat dibagi menjadi potensi perikanan di perairan umum dan potensi budidaya perikanan di kolam atau tambak. Dari perairan umum terutama diproduksi berbagai jenis ikan tangkapan dari alam, dan baru beberapa dekade terakhir ini sebagian kecil telah dibudidayakan secara komersial. Terutama dari waduk-waduk dan sebagian danau di Jawa dan Sumatera dalam rupa budidaya jaring-keramba apung untuk menghasilkan ikan-ikan mas (Cyprinus), nila (Tilapia) dan belakangan juga patin (Pangasius). Budidaya perikanan di perairan umum hampir sepenuhnya bergantung pada alam. Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya perikanan di perairan umum adalah pengelolaan pemanfaatan perairan tersebut dengan baik.

Tidak seperti budidaya perikanan di laut, lahan untuk budidaya perikanan di darat lebih terbatas.Sungai tak bisa dimanfaatkan untuk budidaya dalam skala besar, yang paling banyak dilakukan adalah karamba sederhana .Apalagi tingkat pencemaran air sungai saat ini relatif tinggi, jadi diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk meningkatkan kualitas budidaya perikanan di sungai. Belum lagi jika pada musim hujan pada umumnya selalu terjadi peningkatan aliran air karena curah hujan yang tinggi dengan membawa serta lumpur dan sampah yang tentunya sangat menurunkan kualitas air di sungai.

Danau dan waduk juga terbatas jumlahnya. Sedangkan untuk membangun kolam-kolam perlu tambahan investasi untuk pengadaan lahan dan biaya pembangunannya. Seperti halnya di bidang pertanian, peningkatan budidaya perikanan secara intensifikasi lebih diharapkan daripada budidaya perikanan dengan ekstensifikasi, mengingat keterbatasan lahan tadi.

Disamping itu bisa juga diupayakan usaha tumpang sari misalnya ikan dan tanaman seperti minapadi atau budidaya yumina-bumina, atau melakukan tumpang sari antara ikan dengan hewan ternak misalnya dengan ayam (dikenal dengan kolong ayam/longyam).

Lihat tulisan lain di Peta Situs/Daftar Isi

Pemilihan Pakan Ikan

     Dalam sistem produksi, pakan yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam usaha memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi secara keseluruhan. Pakan ikan telah berkembang secara dramatis pada tahun- tahun terakhir ini dengan perkembangan baru yaitu pakan komersial yang seimbang dan merangsang ikan untuk tumbuh optimal dan sehat.Perkembangan spesies baru dalam budidaya juga telah diimbangi dengan perkembangan industri pakan yang baru untuk mengimbangi permintaan, untuk mendukung industri perikanan yang aman, sehat, dan berkualitas tinggi.
  
     Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus dapat meingkatkan keuntungan. Jenis pakan ikan dapat berupa pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan hidup bagi larva ikan atau ikan konsumsi. Pakan alami dapat berasal dari jenis phytoplankton, zooplankton, invertebrata mikroskopik atau benatang renik lainnya. Jenis pakan alami yang dapat dimakan oleh ikan sangat bervariasi, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya.
 
     Benih ikan yang baru belajar mencari makan, pertama-tama yang mereka makan umumnya plankton (fitoplankton/zooplankton). Kemudian semakin bertambah besar ikannya, makanannya pun mulai berubah pula. Pakan hidup mengandung banyak serat, sehingga bagus untuk menjaga kesehatan pencernaan ikan. Pakan hidup juga dapat membantu ikan untuk memasuki masa kawin dan merangsang masa kawin.

    Pakan alami biasanya berasal dari jenis plankton, (fitoplankton maupun zooplankton). Dari jenis fitoplankton, misalnya Diatom. Dari jenis zooplankton, misalnya Rotifera, Cladocera.Diatom adalah ganggang (alga) suatu jasad renik yang termasuk dalam divisi Thallophyta, subdivisi Algae, kelas Diatomae. Jenis alga kelompok Diatomae banyak digunakan dalam usaha pembenihan udang. Hal ini disebabkan alga dari kelompok ini mudah dibudidayakan dan mudah dicerna oleh larva udang. Mengapa Diatomae mudah dicerna oleh larva udang? Karena kelompok Diatomae memiliki dinding sel yang tipis.
 
    Rotifera termasuk ke dalam kelompok zooplankton dalam filum Trochelminthes. Secara alami Rotifera memakan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari dirinya, seperti ganggang renik, ragi, bakteri dan Protozoa. Cara mengambil makanan dilakukan dengan menggerakkan buIu-buIu getar pada koronanya sehingga menimbulkan arus air yang membawa serta makanannya tersebut ke dalam mulut. Dengan cara makan seperti itu rotifera sangat mudah dibuat sebagai kapsul hidup. Dengan memberikan makanan yang kaya dengan zat gizi, mak kandungan gizi rotifera juga akan dapat ditingkatkan dengan mudah. 

    Daphnia (1000 - 5000 mikron) biasa dikenal dengan nama kutu air termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostraca, ordo Phylopoda, subordo Cladocera. Ciri khas kutu air ini adalah bentuk tubuhnya yang gepeng dari samping ke samping. Dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan yang menutupi bagian tubuh, beserta anggota-anggota tubuhnya pada kedua belah sisinya, sehingga nampak seperti sebuah cangkang pada kerang-kerangan Mollusca. Di atas bagian belakang cangkang tersebut membentuk sebuah kantong. Kantong ini berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.

     Artemia adalah udang-udangan primitif yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Branchiopoda, ordo Anostraca, familia Artemiidae. Secara alami, cara makan adalah dengan menyaring mangsanya , maka diperlukan makanan dengan ukuran partikel khusus, yaitu yang berukuran lebih kecil dari 60 mikron.

     Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dipabrik dengan bahan-bahan yang siap pakai. Persiapan pakan buatanharus komplit dan suplemental.Pakan yang dianggap komplit harus dapat menyediakan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan ikan secara optimal. Beberapa pembudidaya ikan menggunakan pakan komplit yang berisi protein yang dibutuhkan 18-50%; lemak 10-25%; karbohidrat 15-20%; abu kurang dari 8,5%, fosfor kurang dari 1.5%, air kurang dari 10%, dan sejumlah vitamin dan mineral. Jika ikan dipelihara dalam kepadatan tinggi di dalam ruangan (indoor) atau karamba secara terkontrol tidak dapat dibiarkan henya dengan pakan alami, melainkan harus meggunakan pakan buatan yang komplit. Sebaliknya pakan buatan yang tidak komplit, diberikan hanya sebagai rangsangan untuk pertumbuhan pakan alami (alga, insekta, dan ikan kecil) yang cocok untuk pemeliharaan ikan di kolam.Pakan tambahan tidak berisi komponen vitamin dan mineral, tetapi digunakan untuk memantu menyediakan protein, karbohidrat, dan atau lemak secara alami.

Lihat Daftar Isi/Peta Situs untuk melihat artikel lain selengkapnya